Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian mengatakan akan mengecek terlebih dahulu sapi yang akan diimpor sebelum masuk ke dalam negeri. Kepala Badan Karantina Pertanian, Kementan, Bambang menjelaskan kebijakan impor sendiri merupakan kewenangan Kementerian Perdagangan.
Namun, pihak karantina nantinya akan bertugas untuk mengecek apakah ternak yang mau diimpor aman atau tidak. Dia harus bisa memastikan hewan yang akan masuk ke dalam negeri tidak membahayakan hewan dan lingkungan dalam negeri.
"Karantina bertugas untuk memastikan bahwa ternak/ daging/ produk ternak yang diimpor itu aman dari hama penyakit dan keamanannya dari yang bisa membahayakan bagi manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan. Ketika nanti pemerintah, pelaku usaha akan mengimpor maka karantina akan dimintai pendapat bisa atau tidaknya," jelasnya kepada detikcom beberapa hari lalu, ditulis, Jumat (4/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keterangan ini berkaitan dengan rencana pemerintah ingin mengimpor sapi dari Afrika Selatan, Brasil dan India. Peluang impor dari ketiga negara itu muncul setelah adanya temuan penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada sapi yang diimpor dari Australia.
Namun, Afrika Selatan dan India sendiri belum bebas dari penyakit menular pada sapi seperti penyakit mulut dan kuku (PMK atau Foot and Mouth Disease/FMD) serta penyakit kulit menular atau Lumpy Skin Disease (LSD).
Terkait pengecekan kelayakan itu dilakukan dengan melakukan analisis risiko apakah hewan yang diimpor berasal dari negara atau zona yang bebas penyakit. Ia menegaskan, jika hasil analisisnya zona atau negara tersebut terdapat penyakit yang belum ada di Indonesia, jelas tidak boleh impor.
"Karantina mapping, melakukan analisis resiko untuk memastikan boleh tidaknya kita impor dari negara atau zona dimaksud. Kalau zona dimaksud ternyata ada penyakit yang A1 (belum ada di Indonesia) ya gak boleh." terangnya.
"Kalau asal ternaknya berasal dari daerah atau zona wabah itu dilarang," lanjutnya.
Meski begitu, Indonesia masih boleh mengimpor ternak dari negara yang belum bebas penyakit. Namun, yang harus dicatat harus berasal dari zona yang bebas penyakit. Karena menurutnya tidak semua wilayah di Brasil, India, dan Afrika Selatan belum bebas PMK dan LSD.
"Ada zona yg bebas dan ada juga yg merah," katanya.
"Yang boleh hanya yang berasal dari zona aman, itupun tetap didahului dengan analosis resiko, registrasi laboratoriumnya dan seterunya," tambah dia.
Berdasarkan data di World Organisation for Animal Health/WAHIS, India sendiri tercatat belum bebas LSD. Kemudian Afrika Selatan tercatat belum bebas PMK sampai 2023 ini dan juga belum bebas penyakit hewan lainnya seperti demam atau flu babi dan penyakit pada unggas.
Untuk Brasil, belum bebas penyakit menular pada babi atau Classical Swine Fever (CSF) yang juga dikenal dengan Kolera Babi (hog cholera) dan penyakit unggas (HPAI).
Sebelumnya, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian (Kementan) Bambang mengatakan, Indonesia membuka opsi untuk mengimpor sapi hidup dari negara lain selain Australia. Adapun negara yang menjadi opsi bagi Indonesia antara lain India, Brazil, hingga Afrika Selatan.
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertemu Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dan jajarannya,salah satunya membahas soal impor sapi.
"Ya kita antar negara kan terbuka. Jangan hanya berharap dari Australia saja. Juga kan ada yang dari India, ada Brasil, ada Afrika Selatan (Afsel) yang sedang diupayakan oleh Menkomarves (Luhut), atas koordinasi dengan Badan Karantina," katanya dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Pertanian Jakarta Selatan, Selasa (1/8/2023).
(ada/rrd)