Ekspor-Impor RI Masih Bergantung dari China, Ini Buktinya

Ekspor-Impor RI Masih Bergantung dari China, Ini Buktinya

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 15 Agu 2023 15:25 WIB
Ilustrasi untuk impor atau ekspor.
Ilustrasi ekspor. (Foto: Andy Li/Unsplash)
Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor dan impor Indonesia selama Juli 2023 masih sangat bergantung dengan China. Negeri Tirai Bambu itu masih berada di puncak urutan negara tujuan ekspor dan impor Tanah Air.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan total ekspor Indonesia mencapai US$ 20,88 miliar dan impornya senilai US$ 19,57 miliar. Dengan begitu neraca perdagangan Indonesia masih surplus US$ 1,31 miliar.

"Surplus neraca perdagangan pada Juli 2023 lebih ditopang oleh surplus pada komoditas non migas sebesar US$ 3,22 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral terutama batu bara, juga lemak dan minyak hewan nabati terutama CPO, serta barang besi dan baja," kata Amalia dalam konferensi pers, Selasa (15/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika dirinci lagi, total kontribusi China pada kinerja ekspor non migas Indonesia sebesar 25,07% atau setara US$ 4,93 miliar. Realisasi itu meningkat 4,29% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang utamanya didorong oleh komoditas besi dan baja, serta bahan bakar mineral.

Di urutan selanjutnya ada Amerika Serikat (AS) dengan pangsa pasar ekspor non migas sebesar 10,35% atau setara US$ 2,03 miliar dengan komoditas utama mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, juga pakaian dan aksesorisnya terutama rajutan.

ADVERTISEMENT

Lalu di urutan ketiga ada India dengan pangsa pasar ekspor non migas sebesar 9,28% atau setara US$ 1,82 miliar. Utamanya didorong oleh komoditas utama seperti lemak dan minyak hewani atau nabati dan bahan bakar mineral.

"Peningkatan pangsa nilai ekspor secara kumulatif terjadi di Tiongkok. Pada Januari-Juli 2022 pangsa ekspor non migas Indonesia ke Tiongkok hanya mencakup 20,89% dari total ekspor non migas, namun pada tahun ini sudah mencapai 24,82%. Sementara itu pangsa nilai ekspor non migas Indonesia kedua kawasan utama yaitu ASEAN dan Uni Eropa mengalami penurunan," jelas Amalia.

Dari sisi impor non migas, China juga sebagai negara dengan pangsa terbesar yakni US$ 5,5 miliar atau setara 33,76%. Disusul dengan Jepang dan Korea Selatan yang masing-masing sebesar US$ 1,42 miliar atau setara 8,64% dan US$ 0,91 miliar atau setara US$ 5,53%.

Per Juli 2023, Indonesia mengalami surplus dagang dengan India sebesar US$ 1,4 miliar, Amerika Serikat sebesar US$ 1,1 miliar, dan Filipina sebesar US$ 0,7 miliar. Di sisi lain, Indonesia masih defisit neraca perdagangan non migas dengan Tiongkok, Australia dan Jerman.

"Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara dan 3 terdalam di antaranya adalah dengan Tiongkok dengan defisit sebesar US$ 0,6 miliar, dengan Australia US$ 0,5 miliar, dan dengan Jerman US$ 0,5 miliar. Defisit terdalam yang dialami dengan Tiongkok didorong oleh barang mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, lalu plastik dan barang dari plastik," pungkasnya.

(aid/das)

Hide Ads