Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menargetkan harga daging sapi pada Maret 2024 berada di bawah Rp 100 ribu per kilogram. Langkah yang diambil adalah menambah sumber pemasok daging sapi dari 3 negara baru.
Adapun negara yang disebut Luhut adalah Brasil, Afrika Selatan dan Kenya. Menurutnya Indonesia berupaya mewujudkan cita-cita untuk swasembada daging.
"Mungkin bulan Maret 2024 kita sudah bisa melihat harga daging berada di bawah atau sekitar Rp 100 ribu. Syukur-syukur sudah bisa di bawah 100 ribu. Mungkin Rp 80-90 ribu, terus bertahap tentunya," kata Luhut di Instagram pribadinya @luhut.pandjaitan, dikutip Selasa (15/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini, jelas Luhut, Indonesia hanya mengimpor daging sapi dari Australia, dan kerbau dari India. Sehingga harganya selalu berada di atas Rp 100 ribu per kilogram. Dengan tambahan 3 sumber tersebut Luhut berharap harga daging sapi bisa ditekan.
"Kita selama ini hanya impor daging dari Australia sehingga harganya tuh selalu di atas Rp 100 ribu. Lalu saya lapr ke Bapak Presiden (Joko Widodo), kalau kita datangkan 3 sources ini mestinya harganya di bawah Rp 100 ribu, dan itu yang terjadi. Ternyata kita sendiri yang membuat kita masalah dengan peraturan-peraturan kita sendiri. Jadi saya pikir peraturannya di-addust saja, asal sepanjang menguntungkan rakyat kenapa tidak," bebernya.
Ia menyebut konsumsi daging dapat membuat masyarakat menjadi lebih sehat. Dengan harga daging di bawah Rp 100 ribu per kilogram, ia berharap lebih banyak masyarakat yang mampu membeli.
"Nah karena harganya murah, kita akan lihat rakyat lebih banyak makan daging. Makan daging lebih banyak kan lebih sehat. Dia bisa beli Rp 75-80 ribu, daripada harga Rp 140 ribu," tuturnya.
Luhut menambahkan, ada kesepakatan jika Indonesia tidak hanya mengimpor daging sapi saja dari Brazil, tetapi sapi pejantan dan anak sapi. Nantinya sapi hidup itu akan dikembangbiakkan dalam negeri untuk meningkatkan kualitas peternakan sapi di Indonesia.
"Dari sana, kami sepakat bahwa yang di impor dari Brasil bukan hanya daging sapi saja, tetapi sapi pejantan dan anak sapi untuk dikembangbiakkan di dalam negeri agar kualitas peternakan sapi di Indonesia bisa semakin maju," lanjutnya.
Luhut menjelaskan, pemerintah berupaya meningkatkan kualitas sapi dalam negeri. Ia menyebut jika Brazil menganggap kualitas sapi Indonesia menurun kualitasnya.
Menurut Luhut memajukan kualitas peternakan daging sapi dalam negeri tidak semudah membalikan telapak tangan. Berbagai persoalan dihadapi, misalnya isu Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), sistem regulasi, serta metode untuk memperbanyak sapi di tingkat peternak.
(ily/hns)