Dengan keberhasilan pendaratan itu, India berhasil masuk ke jajaran negara yang berhasil mendarat di bulan. Mereka menjadi negara keempat yang pesawatnya sudah sampai di bulan.
Bahkan pendaratan di bulan yang dilakukan saat ini menjadikan India sebagai negara pertama yang mendarat di dekat kutub selatan bulan.
"Sudah sangat pantas mereka merasa sangat bangga dengan pencapaian ini," kata Jim Bridenstine eks pimpinan NASA, dilansir dari CNBC, Kamis (24/8/2023).
Namun ada satu aspek yang mesti digarisbawahi dari keberhasilan India mendaratkan pesawat di bulan. Hal itu adalah anggaran terbatas yang digunakan untuk mencapai misi tersebut.
Pada 2020 yang lalu Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (India Space Research Organization/ISRO) memperkirakan misi Chandrayaan-3 akan menelan biaya sekitar US$ 75 juta. Bila dihitung dengan kurs terkini jumlahnya sekitar Rp 1,14 triliun (kurs Rp 15.200).
Namun, peluncuran tersebut tertunda selama hampir 3 tahun, yang kemungkinan meningkatkan biaya misi secara keseluruhan.
Bahkan, biaya yang dikeluarkan India sangat bersaing efisiensinya dengan yang dikeluarkan Amerika Serikat. Lewat Badan Penerbangan Antariksa-nya (Aeronautics and Space Administration/NASA), Amerika cukup jor-joran untuk mendanai pendaratan di bulan.
Kini NASA dalam beberapa tahun terakhir menciptakan mekanisme misi ke bulan dengan lelang kontrak bagi perusahaan-perusahaan swasta yang ingin mendarat di bulan. Semua dilakukan di bawah program yang disebut Layanan Payload Bulan Komersial Commercial Lunar Payload Services (CPLS).
Program CLPS memiliki anggaran maksimum sebesar US$ 2,6 miliar sekitar Rp 39 triliun selama 10 tahun, dengan 14 perusahaan bersaing untuk mendapatkan kontrak misi yang biasanya berkisar US$ 70 juta atau sekitar Rp 1 triliun. Artinya, biaya yang dikeluarkan India sudah tidak jauh berbeda dengan yang dikeluarkan AS.
Anggaran Minim
Sementara itu, keberhasilan India juga dianggap sangat fantastis bila melihat persenan belanja urusan ruang angkasa dan antariksa dengan produk domestik bruto (PDB).
Amerika yang selama ini disebut-sebut memimpin dalam urusan ruang angkasa membelanjakan sekitar 0,28% dari PDB-nya untuk urusan ruang angkasa. Sementara India anggaran belanjanya cuma sekitar 0,04% dari PDB, namun berhasil mendaratkan pesawat di bulan.
Menurut laporan ekonomi antariksa global yang diterbitkan oleh Space Foundation pada bulan Juli, persenan belanja untuk ruang angkasa yang dikeluarkan Amerika dinilai paling besar dibandingkan semua negara yang mulai berlomba untuk urusan antariksa.
"India dalam ambisinya harus memiliki keinginan untuk berinvestasi lebih banyak dan mengembangkan kemampuan yang lebih setara dengan Amerika Serikat," kata Bridenstine.
Kini India pun semakin dipandang sebagai pemain terkemuka di bidang luar angkasa secara geopolitik. Sementara itu, banyak yang bilang China telah menggantikan Rusia sebagai saingan paling signifikan terhadap pengaruh dan kemampuan Amerika di bidang luar angkasa. Nah, India mungkin menempati posisi ketiga dalam hierarki negara adidaya luar angkasa.
Simak juga Video: Tonggak Sejarah India Mendaratkan Chandrayaan-3 di Bulan
(hal/das)