Pada laporannya, Fitch memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5% pada 2023 didukung oleh konsumsi domestik yang solid, di tengah pelemahan ekspor dan eskalasi risiko dari tertahannya pemulihan ekonomi China. Pemilu pada 2024 diperkirakan tidak memengaruhi investasi, justru belanja pemilu partai disebut dapat berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam enam bulan ke depan.
Dalam jangka menengah, ekonomi Indonesia diyakini akan memperoleh manfaat dari implementasi reformasi dan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, termasuk pembangunan ibu kota baru Nusantara. Atas perkembangan tersebut, Fitch memperkirakan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah tumbuh 5,2% pada 2024 dan 5% pada 2025.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada sisi eksternal, Fitch memperkirakan transaksi berjalan akan mencatat defisit sebesar 0,3%-1,5% dari PDB pada 2023-2025 seiring penurunan harga komoditas. Penanaman modal asing (PMA) diperkirakan meningkat didukung kelanjutan aktivitas hilirisasi yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah terhadap ekspor komoditas dan mendorong peningkatan ekspor manufaktur.
Terkait perkembangan harga, penerapan kebijakan moneter ketat dan sinergi dengan pemerintah melalui penguatan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) diperkirakan mampu menurunkan inflasi sehingga mencapai kisaran sasaran 3%+1% pada akhir 2023 dan ke sasaran baru 2.5%+1% pada 2024.
Fitch menilai penerapan kebijakan fiskal yang berhati-hati telah berhasil mengembalikan defisit fiskal ke level sebelum pandemi pada 2022 dan diperkirakan tetap terjaga di bawah 3% dari PDB untuk beberapa tahun ke depan.
Dari sisi penerimaan, dampak positif kenaikan tarif PPN terhadap penerimaan pada 2023 diperkirakan belum mampu menahan dampak negatif dari penurunan harga komoditas. Meski begitu, dalam jangka menengah Fitch memperkirakan utang pemerintah akan turun dari level 38,9% PDB pada 2023 menjadi 38,0% PDB pada 2025.
(aid/hns)