.webp)
Bos Qantas Alan Joyce mengumumkan mengundurkan diri dua bulan lebih awal dari jadwal sebelumnya. Dikutip dari CNN disebutkan Qantas menunjuk Vanessa Hudson sebagai pengganti Joyce.
Vanessa merupakan CEO wanita pertama yang memimpin perusahaan penerbangan asal Australia tersebut. Pengunduran diri secara kilat yang dilakukan Joyce ini dilakukan setelah maskapai meminta maaf atas pelayanan buruk mereka beberapa waktu terakhir.
Reputasi perusahaan juga semakin merosot. Pekan lalu, pengawas persaingan usaha Australia menggugat Qantas karena diduga menjual lebih dari 8.000 tiket penerbangan yang sebelumnya sudah dibatalkan periode Mei-Juli 2022 tanpa pengumuman apapun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maskapai berusia satu abad ini juga masuk dalam kategori pengawasan ketat dari politisi hingga masyarakat. Apalagi perusahaan juga memiliki utang yang besar di era pandemi yaitu hampir A$ 500 juta dan jatuh tempo pada akhir tahun ini.
Sebelum masalah tiket ini, Qantas juga pernah terlibat kontroversi seperti memberikan ruang tunggu VIP pada putra Perdana Menteri Anthony Alanese dan menolak penerbangan tambahan ke Australia untuk Qatar Airways.
Atas rentetan masalah ini, harga saham perusahaan terus turun hingga 13% sejak awal Agustus. Joyce juga menyampaikan pesan terakhirnya. Dia menyebutkan dalam beberapa minggu terakhir Qantas fokus pada perbaikan perusahaan dan memprioritaskan langkah penyehatan kembali.
Chairman perusahaan Richard Goyder mengungkapkan dengan adanya masa transisi kepemimpinan pada Qantas ini merupakan kondisi yang sangat menantang untuk perusahaan dan staf-stafnya.
"Kami punya tugas penting yaitu memulihkan kepercayaan publik," kata Goyder.
Simak juga Video: Maskapai Penerbangan Internasional Terburuk 2023, Juaranya dari Indonesia
