Wamen BUMN: 70% Penduduk ASEAN Tidak Punya Rekening Bank

KTT ASEAN 2023 - AIPF

Wamen BUMN: 70% Penduduk ASEAN Tidak Punya Rekening Bank

Inkana Putri - detikFinance
Rabu, 06 Sep 2023 13:34 WIB
The Deputy Minister of State-owned Enterprises (BUMN) Rosan Perkasa Roeslani (right), the Vice Minister for Foreign Affairs Pahala Nugraha Mansury (center) and moderator Hartyo Harkomoyo give statements at the press conference regarding the ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) at the media center of the 43rd ASEAN Summit at JCC, Jakarta, Tuesday (5/9/2023). Media Center of ASEAN Summit 2023/Afriadi Hikmal/aww/ratih. *** Local Caption *** Wakil Menteri BUMN Rosan Perkasa Roeslani (kanan) bersama Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Nugraha Mansury (tengah) dan Moderator Hartyo Harkomoyo menyampaikan penjelasan pada konferensi pers terkait ASEAN Indo-Pasific Forum di media center KTT ke-43 ASEAN di JCC, Jakarta, Selasa (5/9/2023). Media Center KTT ASEAN 2023/Afriadi Hikmal/aww.
Wakil Menteri BUMN Rosan Perkasa Roeslani (Foto: ANTARA FOTO/AFRIADI HIKMAL)
Jakarta -

Wakil Menteri BUMN Rosan Perkasa Roeslani bicara soal layanan keuangan digital dalam gelaran ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) 2023 di Jakarta, Rabu (6/9/2023). Ia mengatakan ASEAN merupakan rumah bagi 650 juta penduduk dan 70 juta UMKM, sayangnya jumlah penduduk ASEAN yang memiliki rekening bank masih minim.

"Lebih dari 70% penduduk di kawasan ASEAN memiliki akses sangat sederhana terhadap layanan keuangan (underbanked) atau tidak memiliki rekening bank (unbanked). Selain itu, sekitar 39 juta dari 70 juta pelaku UMKM mengalami kekurangan pendanaan cukup besar, yaitu sebesar US$ 300 miliar per tahun," ujar Rosan di AIPF 2023, Rabu (6/9/2023).

Padahal, lanjut Rosan, layanan keuangan digital dapat menjembatani kesenjangan keuangan, terutama bagi mereka yang tidak mempunyai rekening bank dan pelaku UMKM.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Layanan ini memainkan peran penting dalam mendorong inklusivitas keuangan ASEAN sesuai dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan dan inklusif," ucapnya.

Terkait inklusi keuangan di Indonesia, ia mengatakan Indonesia telah berada di garis terdepan revolusi keuangan digital dengan pertumbuhan yang luar biasa. Adapun pada tahun 2011-2022, pemain FinTech di Indonesia meningkat 6 kali lipat dari sekitar 51 menjadi lebih dari 300 pemain aktif.

ADVERTISEMENT

"Sementara itu, 33% masyarakat memilih e-wallet sebagai metode pembayaran pada tahun 2021. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan perekonomian paling berkembang di Asia," katanya.

Rosan menambahkan transisi Indonesia menuju ekonomi digital juga telah terlihat jelas dengan meningkatnya pembayaran non-tunai dari 813 juta menjadi 26 miliar pada tahun 2017 hingga 2022.

Menurutnya, berdasarkan perspektif ASEAN dalam beberapa tahun terakhir, keuangan digital ASEAN telah menghadirkan perubahan transformatif pada penguatan inklusi keuangan bagi nasabah dan UMKM.




(akd/akd)

Hide Ads