Penyelenggaraan Forum ASEAN Indo-Pasifik (AIPF) pada 5-6 September 2023 mendatangkan potensi kerja sama senilai US$ 32 miliar atau Rp 490,59 triliun melalui agenda business matching. Selain itu RI juga mengupayakan potensi kerja sama dari negara lain yang nilainya US$ 810 juta atau senilai Rp 12,4 triliun.
"Meskipun belum bisa difinalisasi dalam pertemuan hari ini, kita harapkan business matching tersebut akan bisa meningkatkan kerja sama dan pemahaman sebenarnya kebutuhan investasi yang diharapkan oleh masing-masing negara," kata Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury dalam keterangan tertulis, Kamis (7/9/2023).
Untuk diketahui, sebanyak 185 investor mengikuti agenda business matching baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Sektor yang dipromosikan melalui agenda tersebut yakni pengembangan energi baru terbarukan (EBT), hidrogen, amonia, kilang alumina, rantai pasok baterai, serta infrastruktur jalan tol dan pelabuhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah memfokuskan kerja sama dengan mitra internasional untuk proyek strategis di bidang energi dan migas (lima proyek), jalan tol (sembilan proyek), pelabuhan (lima proyek), kesehatan (enam proyek), pupuk (tiga proyek), infrastruktur (10 proyek), pariwisata (sembilan proyek), juga ekosistem baterai kendaraan listrik dan rantai pasok (tiga proyek).
Beberapa proyek strategis juga ditampilkan oleh Bappenas yang diharapkan dapat menjadi platform percepatan investasi untuk beberapa proyek infrastruktur. Adapun proyek strategis yang dimaksud adalah proyek jalan tol ruas Demak-Tuban, Tuban-Gresik, Tasikmalaya-Gedebage-Ciamis, serta proyek SPAM Jatiluhur. Selain itu, beberapa negara ASEAN seperti Brunei, Myanmar, Thailand, Malaysia dan Filipina turut mempresentasikan proyek potensial di sektor telekomunikasi dan infrastruktur.
Wakil Menteri BUMN, Rosan Roeslani mengatakan sektor yang banyak menarik minat para investor adalah energi hijau dan ekosistem baterai kendaraan listrik.
"Banyak juga yang ingin berpartisipasi di sektor digitalisasi karena mereka melihat banyak potensi masyarakat kita yang belum tersentuh oleh formal financing," tutur Rosan.
Dia menyebut sejumlah BUMN terbesar Indonesia seperti Pertamina, Pupuk Indonesia, PLN, Pelindo, Jasa Marga, MIND ID, dan Injourney turut berpartisipasi dalam AIPF.
Adapun sejumlah investor yang hadir dalam agenda business matching di antaranya PT Bank Mandiri Tbk, Bank Permata, Bank SBI Indonesia, Bank CCB Indonesia, PT Bank Jawa Barat, PT Astra Infrastruktur, PT Amman Mineral Tbk, Dian Swastatika Sentosa, AIIB, Standard Chartered, dan Sumitomo (SMBC).
Kemudian, Commerzbank, ACWA (Saudi Arabia), EDF Energy (Prancis), KEPCO (Korea), IGNIS (Spanyol), China Railway Corporation, Sinohydro, China State Construction Engineering, Siemens (German), Inpex Geothermal (Jepang), serta British Columbia (Canada), and Actis (Inggris).
(prf/ega)