Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mendukung langkah PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo yang membuka peluang kerja sama bagi mitra global pada flagship ASEAN-Indo Pacific Forum (AIPF) 2023 di Hotel Mulia Senayan, Jakarta.
Pada acara ini, Pelindo memaparkan empat proyek strategisnya yakni, New Priok Terminal, Kijing Port, Makassar New Port, dan Bali Maritime Tourism Hub (BMTH). Erick menilai empat proyek tersebut merupakan proyek penting dalam menekan biaya logistik dan konektivitas pariwisata Indonesia.
"Tentu kita mendukung penuh upaya Pelindo dalam mencari mitra strategis yang mau berinvestasi serta memperkuat ekosistem logistik dan pariwisata Indonesia," ujar Erick dalam keterangan tertulis, Kamis (7/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Erick mengungkapkan pengembangan infrastruktur pelabuhan merupakan hal vital bagi negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Dengan peningkatan kapasitas pelabuhan, Indonesia dapat berkontribusi lebih besar dalam menjaga stabilitas rantai pasok regional. Hal ini selaras dengan visi pemerintah dalam membangun sektor maritim dan memperkuat peran Indonesia sebagai pilar episentrum pertumbuhan ekonomi di ASEAN.
"BUMN, termasuk Pelindo tentu berkomitmen menjadi mercusuar pertumbuhan ekonomi dan juga siap berkolaborasi dengan ASEAN dalam membangun kemitraan yang strategis," papar Erick.
Sementara itu Direktur Strategi Pelindo, Prasetyo mengatakan proyek New Priok Terminal di Jakarta merupakan perluasan dari Pelabuhan Tanjung Priok eksisting yang utilisasinya telah mencapai Β±70%. Perluasan ini diperlukan untuk meningkatkan kapasitas sekaligus menjaga performanya sebagai pintu gerbang utama Indonesia.
Adapun terminal New Priok tahap I telah beroperasi sejak 2016, yaitu New Priok Container Terminal 1 (NPCT1). Terminal ini dioperasikan melalui kemitraan Pelindo dengan mitra global Mitsui, PSA dan NYK Line. Saat ini, tengah dibangun infrastruktur dasar Container Terminal 2 dan 3 (CT2 dan CT3), Product Terminal 1 dan 2 (PT1 & PT2) yang direncanakan selesai di tahun 2025.
"Sejumlah proyek pelabuhan yang kami kerjakan adalah langkah penting dalam upaya meningkatkan kapasitas pelabuhan dan merupakan bagian dari transformasi pengelolaan pelabuhan di Indonesia serta upaya strategis Pelindo dalam menstimulasi pertumbuhan ekonomi wilayah. Pelindo membuka kesempatan bagi mitra global yang membawa nilai tambah bagi Indonesia, baik terminal operator, shipping line, maupun pihak lainnya," ucap Prasetyo.
Selanjutnya, Kijing Port di Kalimantan Barat merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) untuk mendukung program penguatan konektivitas maritim, meningkatkan daya saing sumber daya alam Kalimantan, serta mendukung program pemerintah dalam mengakselerasi hilirisasi industri.
Dirancang sesuai dengan standar internasional, lanjut Prasetyo, pelabuhan ini memiliki luas 68,5 hektare dan dermaga yang memiliki kedalaman -16 mLWS sehingga mampu melayani kapal berukuran besar. Pelabuhan ini dilengkapi pula dengan area pendukung seluas 130 Ha untuk melayani bongkar muat peti kemas, curah cair, curah kering dan multipurpose.
Prasetyo menjelaskan Kijing Port telah mulai beroperasi dan diresmikan oleh Presiden RI Jokow Widodo pada Agustus tahun 2022. Hingga Juli 2023, tercatat sekitar 250 kunjungan kapal dengan muatan 884 ribu ton curah cair dan 63 ribu ton curah kering, sebagian diantaranya dengan tujuan ekspor ke beberapa negara seperti China, Korsel, India dan kawasan ASEAN.
Proyek selanjutnya, yaitu Makasar New Port (MNP) di Makassar. Pelabuhan ini dibangun untuk mengakomodasi pertumbuhan arus barang di Makassar dan dipersiapkan menjadi salah satu hub di kawasan Indonesia Timur. Terminal Peti Kemas 1A telah beroperasi sejak 2018 dan trafiknya telah mencapai sekitar ~180.000 TEU per tahun. Saat ini, tengah berlangsung penyelesaian tahap 1B dan 1C yang direncanakan selesai di tahun ini.
Proyek keempat, kata Prasetyo, adalah Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) di Bali. Pelabuhan ini disiapkan untuk menjadi jangkar dalam membangun konektivitas pariwisata di Indonesia. BMTH memiliki pelabuhan yang dapat menampung kapal pesiar terbesar dan mendukung Bali sebagai tujuan utama wisatawan mancanegara.
Sebagai titik utama marine tourism di Indonesia, BMTH telah terkoneksi dengan jalur pariwisata domestik maupun internasional. Beberapa di antaranya, Lombok, Labuan Bajo, dan Raja Ampat merupakan koneksi ke arah timur. Sebaliknya ke arah Barat, terdapat Surabaya, Probolinggo, Semarang, Jakarta dan berbagai wilayah Sumatera. Sedangkan konektivitas internasional yaitu ke wilayah ASEAN dan Australia.
Prasetyo mengungkapkan Pelindo berkomitmen penuh dalam menciptakan pelabuhan yang berkesinambungan. Pelindo pun menerapkan konsep green port dalam membangun pelabuhan, termasuk empat proyek tersebut. Misalnya pembuatan green area dan gedung perkantoran dengan konsep green building, maupun penggunaan alat bongkar muat bertenaga listrik.
"Dengan dukungan Pemerintah, Pelindo siap membangun kemitraan dan kolaborasi dengan mitra global. Melalui sejumlah proyek strategis tersebut, kami ingin berkontribusi dalam mewujudkan visi Pemerintah dalam membangun sektor maritim dan memperkuat peran Indonesia sebagai pilar episentrum pertumbuhan ekonomi di ASEAN," pungkas Prasetyo.
(akn/ega)