Kondisi taksi lokal sempat berada di ujung tanduk, "pilih mati atau bertahan". Hal ini yang diungkapkan oleh Hadi Endro Prasetyo, Sekretaris Koperasi Serba Usaha (KSU) saat menceritakan kondisi taksi asal Yogyakarta itu pada 2016 hingga 2019.
Kemajuan teknologi menjadi seperti bencana bagi taksi yang telah beroperasi sejak 1985 itu karena tidak cukup cepat mengadopsi digitalisasi. Imbasnya baik armada dan jumlah pengemudi anjlok, hingga terancam gulung tikar.
Tidak mudah bagi taksi tersebut bertahan, para pengemudi putus asa dengan kondisi tersebut. Pemasukan terus menipis karena sepi penumpang. Padahal saat bersamaan para pengemudi memiliki keluarga yang kebutuhanya harus dipenuhi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penurunan omzet ini dirasakan langsung baik oleh koperasi maupun pengemudi, sehingga banyak keluarga pengemudi mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari." ujar dia dalam keterangan kepada detikcom, ditulis Jumat (8/9/2023).
![]() |
Disrupsi yang terjadi bahkan membuat Pataga tidak mampu lagi menampung semua unit kendaraannya. Dari jumlah lebih dari 59 unit, perlahan berkurang, tersisa hanya 25 unit saja.
"Di Pataga, pada kala itu, terdapat 59 unit taksi dengan 80 pengemudi. Seiring waktu, jumlah unit armada di Pataga hanya tersisa 25 unit. Pada waktu itu tidak ada dewa penolong, pilih mati atau hidup," ungkap Endro.
Meski begitu, Endro dengan jajaran Pataga lainnya tidak tinggal diam saat kalah bersaing dengan transportasi daring. Pataga berupaya mengikuti digitalisasi dengan mengembangkan aplikasi bernama Naxi berbasis Android.
Namun, adopsi digitalisasi sayangnya tidak dapat diimplementasikan dengan baik dan mempersulit transaksi penumpang. Hal ini yang membuat pelanggan kecewa dan imbasnya balik lagi kepada sopir yang semakin sepi penumpang.
"Namun, tidak dapat terimplementasi dengan baik. Makin lama, ujian saya makin banyak," tuturnya.
Masa-masa sulit tu dihadapi Pataga dengan lapang meski bagai alu pencukil duri, Endro tetap mempertahankan Pataga. Taksi lokal Pataga ini merupakan taksi yang beroperasi di bandara, stasiun kereta, dan lainnya. Yogyakarta menjadi salah satu daerah yang secara khusus menerapkan taksi lokal untuk beroperasi.
Sercerah harapan datang dari program 'Kawan Blue Bird' milik PT Blue Bird Tbk. Program tersebut dibangun untuk menggalakan kerja sama operasional dengan taksi lokal daerah. Tujuannya yang paling utama adalah menghidupkan kembali industri taksi lokal di Indonesia.
Endro menuturkan setelah 2016-2019 terpuruk, pihaknya mengikuti program yang diadakan oleh Bluebird tersebut. Proses program itu dinilai tidak rumit, adapun manfaat yang didapat tidak hanya bagi perusahaan tetapi juga kepada pengemudi.
"Diundang untuk mengikuti sosialisasi program Kawan Bluebird di Yogyakarta dalam rapat DPD Organda DIY Unit Taksi. Dalam proses sosialisasi, kami tergerak untuk mengikuti program ini karena kami merasa ada manfaat untuk menjaga keberlangsungan usaha dan kesejahteraan pengemudi kami. Kami juga merasa bahwa skema kerja sama tidaklah rumit dan menguntungkan," jelasnya.
Bluebird Jadi 'Dewa Penolong' di halaman berikutnya.
Bluebird Jadi 'Dewa Penolong'
Kini aplikasi yang dimiliki oleh Pataga terintegrasi dengan aplikasi MyBluebird sehingga para pengemudi mudah mendapatkan penumpang. Kini jumlah pengemudi dan unit mobil Pataga telah bertambah. Brand Bluebird juga melekat pada Pataga yang semakin meningkatkan kepercayaan para penumpang.
Penghasilan para pengemudi berangsur naik. Saat ini operasional Pataga telah didukung lebih dari 30 unit taksi dengan 90 pengemudi. Momen kondisi Pataga membaik tepatnya pada 2022, di mana saat itu Sujarwo mengaku bisa bernapas lega.
"Dengan bergabung bersama Kawan Bluebird, Pataga juga terbawa menjadi perusahaan taksi yang dapat meningkatkan kualitas layanan untuk menjaga relevansi dengan kebutuhan mobilitas masyarakat. Dalam hal operasional kami juga turut berkembang karena kami telah mengikuti standardisasi layanan yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna kami," ujarnya.
Baca juga: Bos Organda Jadi Dirut Baru Blue Bird |
Program Kawan Bluebird
Direktur Utama PT Bluebird Tbk Adiranto Djokosoetono menerangkan Kawan Bluebird adalah sebuah inisiatif yang hadir untuk mendukung pilar BluLife di bawah pilar visi keberlanjutan PT Blue Bird Tbk. Kawan Bluebird sendiri sudah diinisiasi sejak 2019.
"Dengan tujuan untuk membangun negeri melalui kegiatan dan pendampingan untuk membantu para pelaku transportasi lokal dalam hal ini taksi agar mampu bangkit dan tumbuh setelah melewati masa disrupsi teknologi dan pandemi," katanya kepada detikcom.
Melalui Kawan Bluebird, pria yang akrab disapa Andre itu menyebut, program itu untuk membangun kemitraan dengan pelaku taksi lokal agar mereka tetap bisa bertahan dan bahkan bertumbuh. Kemitraan itu dijalin dengan dukungan operasional penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan bagi pengemudi taksi di daerah agar dapat meningkatkan keterampilan, kualitas pelayanan, dan pengetahuan tentang teknologi.
Selain itu, Bluebird juga memberikan bantuan keuangan dan kredit bagi pengemudi taksi agar dapat mengakses kendaraan yang lebih modern dan efisien.
"Kawan Bluebird memberikan skema kerja sama yang terbaik kepada kedua belah pihak. Pada kerja sama Kawan Bluebird, kami lebih menekankan bantuan untuk mendukung operasional termasuk standardisasi layanan Bluebird dan adopsi infrastruktur teknologi," ungkapnya.
Program ini telah diimplementasikan di dua kota yakni Yogyakarta dan Bandung dengan total 5 operator taksi lokal yang bergabung. Secara keseluruhan terdapat lebih dari 100 unit taksi yang telah beroperasi.
"Kami terbuka untuk berkolaborasi dengan operator taksi lokal, seiring dengan tujuan program Kawan Bluebird dalam mendukung peningkatan kualitas layanan transportasi lokal di berbagai wilayah," pungkas dia.