Transformasi Paradigma Baru Administrasi Negara

Kolom

Transformasi Paradigma Baru Administrasi Negara

Purnaman Natakusumah - detikFinance
Sabtu, 09 Sep 2023 12:13 WIB
Hari ini, Kamis (21/6/2018) seluruh PNS di Indonesia kembali masuk kerja setelah libur lebaran. PNS di Balaikota DKI Jakarta terlihat kembali beraktivitas.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Perayaan 78 Tahun Kemerdekaan Indonesia ditandai dengan satu hal penting: Indonesia sudah punya Visi Indonesia Emas. Visi itu tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 yang rancangannya dirilis Juni 2023 lalu.

Ada lima sasaran utama RPJPN. Pertama, pendapatan per kapita setara negara maju; kemiskinan menuju 0 persen; pengaruh global meningkat; daya saing SDM meningkat; dan net zero emission.

Untuk mewujudkan visi tersebut, ada delapan agenda pembangunan. Tiga di antaranya adalah kebijakan transformasi, yaitu transformasi sosial, ekonomi dan tata kelola. Dikaitkan dengan administrasi negara yang antara lain dipahami sebagai perwujudan kepentingan politik dalam bentuk pengelolaan negara, transformasi tata kelola merupakan transformasi administrasi negara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Transformasi Paradigma Adminstrasi Negara

Administrasi negara awalnya dipahami sebagai sistem buatan pemegang kebijakan politik untuk mengatur masyarakat. Pemahaman ini dikenal sebagai old public administration yang menonjol nuansa memerintah. Kini, pemahaman bergeser ke new public service dengan nuansa melayani. Masyarakat tidak lagi sekadar obyek, tapi menjadi subyek administrasi negara.

Pergeseran peran masyarakat inilah yang harus diiringi dengan transformasi paradigma administrasi negara. Paradigma adalah cara pandang atau kerangka berpikir. Jadi yang harus diubah adalah kerangka berpikir atau pemikiran tentang administrasi negara.

ADVERTISEMENT

Merujuk ke teori kekuatan pikiran, realita adalah hasil kekuatan pikiran. Maka untuk mengubah realita, harus diawali dengan mengubah pikiran. Mengubah realita Indonesia dengan mewujudkan Visi Indonesia Emas juga harus dilakukan dengan perubahan pikiran.

Karena itulah, gagasan transformasi administrasi negara dilandasi perubahan tiga pikiran. Yaitu :

1. 1.Berpikir serba sistem
2. 2.Pemikiran administrasi negara sebagai sistem kehidupan warga negara
3. 3.Perubahan paradigma

Berpikir Serba Sistem & Sistem Kehidupan Warga Negara

Sebuah negara bisa diartikan sebagai organisasi dalam skala besar. Penyelenggaraannya ditata dalam dalam suatu sistem yang mengandung nilai-nilai keserasian, keseimbangan, kontinuitas, dan optimalisasi pencapaian tujuan. (Mustopaadidjaja, 2002). Dalam tatanan serba sistem, tujuan akan menggerakkan sistem dan sebaliknya sistem mewujudkan tujuan.

Berpikir serba sistem memperbesar peluang tujuan terwujud dengan tepat, sesuai rencana dan kebutuhan. Lawannya adalah berpikir linier, yang sekadar mengutamakan tujuan tercapai begitu saja. Karena itu, berpikir serba sistem akan menghasilkan kemanfaatan yang lebih besar.

Lebih tepat lagi jika yang dipakai adalah sistem kehidupan ciptaan Tuhan. Dalam praktiknya, teori sistem kehidupan telah digunakan sebagai pendekatan dalam memahami tingkah laku organisasi (Jeffrey B. Vancouver, 1996). Sementara Peter M. Senge dalam bukunya The Fifth Discipline Fieldbook (1990) berpendapat, organisasi harus dipandang sebagai sesuatu yang hidup, karena itu organisasi bisa tumbuh dan berkembang.

Dua pemikiran itulah landasan perubahan paradigma administrasi negara. Dan, mengacu bahwa setiap warga negara adalah komponen dari sistem kehidupan, maka setiap warga negara harus berperan untuk membangun sistem kehidupan warga negara yang mampu mewujudkan tujuan/visi.

Warga Negara Cerdas & Pemimpin Visioner

Untuk menjalankan peran itu, setiap warga negara telah dibekali oleh Tuhan dengan tiga potensi kehidupan. Yaitu, spirit, akal dan badan. Ketiga potensi ini merupakan tiga kekuatan untuk mewujudkan tujuan.

Kekuatan itu harus dibangkitkan dengan perubahan paradigma. Yaitu, dengan membiasakan berpikir serba sistem, merujuk ke sistem kehidupan warga negara. Setiap warga negara dalam peran sebagai apa pun harus menjadi sub sistem dari sistem kehidupan yang bekerjasama secara serba sistem mewujudkan tujuan atau visi negara.

Cara lain untuk membangkitkan kekuatan adalah dengan merenungkan perjuangan kemerdekaan Indonesia, kekayaan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM), realita kondisi saat ini, dibandingkan dengan Visi Indonesia Emas. Mengacu ke teori Tegangan Kreatif, maka akan muncul energi sebagai sumber kekuatan untuk mencapai visi tersebut. Inilah gerakan mencerdaskan kehidupan warga negara.

Untuk itu dibutuhkan pemimpin yang memiliki visi untuk membangun administrasi negara yang serba sistem berlandaskan sistem kehidupan warga negara. Yang mampu mewujudkan tatanan serba sistem antara potensi bangsa (SDA dan SD) dan realitas saat ini dengan visi.

Pemimpin visioner tersebut juga harus mampu memfasilitasi gerakan mencerdaskan kehidupan warga negara. Sehingga, baik para pemimpin maupun setiap warga negara sama-sama melakukan transformasi paradigma administrasi negara yang selanjutnya beriringan dengan transformasi tata kelola, mewujudkan Visi Indonesia Emas.

Purnaman Natakusumah adalah praktisi dan konsultan administrasi negara, pernah menjabat Deputi Kepala Lembaga Administrasi Negara serta dosen/penceramah di sejumlah perguruan tinggi dan Diklat.

(fdl/fdl)

Hide Ads