Pemerintah Australia Tolak Penerbangan Tambahan Qatar Airways, Ini Penyebabnya

Pemerintah Australia Tolak Penerbangan Tambahan Qatar Airways, Ini Penyebabnya

Retno Ayuningrum - detikFinance
Senin, 18 Sep 2023 12:23 WIB
Truk membawa logistik untuk MotoGP usai bongkar muat dari pesawat kargo Boeing 777 Freighter Qatar Airways di Bandara Internasional Lombok (BIL), Praya, Lombok Tengah, NTB, Rabu (9/3/2022). Pesawat dengan nomor penerbangan QR8062 dari Doha tersebut membawa logistik seberat 89.900 kg kargo berupa motor, mesin dan perangkat lainnya yang akan digunakan pada MotoGP di Sirkuit Mandalika 18-20 Maret 2022. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/aww.
Ilustrasi pesawat Qatar Airways - Foto: ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI
Jakarta -

Qatar Airways mengajukan penerbangan tambahan ke pemerintah Australia. Namun pengajuan tersebut ditolak. Pihak Qatar Airways mengaku penolakan ini tidak adil untuk perusahaan.

Dikutip dari Aljazeera, CEO Qatar Airways Akbar Al Baker mengatakan selama ini maskapainya telah mendukung pemerintah Australia selama pandemi. Misalnya, membantu menyediakan pasokan medis dan suku cadang, sementara maskapai nasional Australia berhenti beroperasi.

"Kami merasa sangat tidak adil jika permintaan kami tidak dikabulkan, kami adalah pihak yang sangat mendukung. Sementara maskapai nasional Australia berhenti, kami berada di sana untuk masyarakat Australia," jelasnya dikutip Senin (18/9/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama pandemi, penerbangan Qatar ke Australia tetap beroperasi, meskipun hanya mengangkut 20 orang setiap penerbangan.

Maskapai penerbangan yang terletak di Doha ini telah meminta 21 tambahan penerbangan ke bandara-bandara utama di Australia, seperti Sydney, Melbourne, dan Brisbane. Namun, Menteri Transportasi Australia Catherine King menolak permintaan tersebut dengan alasan tidak ada kepentingannya dengan Australia.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Australia Richard Marles mengaku tidak diajak diskusi saat keputusan pemblokiran permintaan penerbangan Qatar.

Menurut Catherine King konteks keputusannya tersebut terkait dengan penggeledahan invasif yang dilakukan sekelompok perempuan Australia di Bandara Internasional Hamad Doha, Qatar.

Pada Oktober 2020, lebih dari selusin penumpang perempuan menjadi sasaran pemeriksaan internal yang memalukan di Qatar setelah seorang bayi baru lahir ditemukan ditinggalkan di bandara.

Keputusan King menghadapi pengawasan politik yang ketat dan dituduh melindungi Qantas oleh mantan kepala eksekutifnya, Alan Joyce. Menurut Alan Joyce dengan memberikan kapasitas tambahan kepada Qatar akan mendistorsi pasar penerbangan lokal.

Maskapai yang mengaku melakukan lobi terhadap tawaran Qatar juga menghadapi kritik atas serangkaian kontroversi baru-baru ini, termasuk tuduhan mereka menjual sekitar 8.000 tiket untuk penerbangan yang telah dibatalkan.

Kemarahan masyarakat kepada maskapai Australia yang hampir menguasai 60% pasar domestik ini memuncak dengan mundurnya Joyce.

Lihat juga Video: Momen Wapres AS-PM Australia Tiba di Indonesia Akan Hadiri KTT ASEAN

[Gambas:Video 20detik]



(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads