Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, peran APBN dalam menghadapi gejolak ekonomi global. Misalnya, pelambatan ekonomi China yang berdampak pada Indonesia, kenaikan harga minyak mentah, hingga ancaman krisis pangan.
Khusus ancaman krisis pangan Josua menyebut APBN harus bisa memberikan jaring pengaman, misalnya melalui program perlindungan sosial. Apalagi ada kecenderungan harga beras naik karena El Nino.
"Seandainya bicara terkait tren harga beras yang meningkat, harga beras internasional meningkat akibat ada faktor El-Nino dan sebagian negara membatasi, melarang ekspor karena pemenuhan domestik dulu, untuk menghadapi itu apa yang dilakukan APBN? Misalnya sebagian spending dialokasikan untuk perlindungan sosial," katanya dalam Mini Talkshow detikFinance Bedah APBN 2024 di Beranda Kitchen, Jakarta Selatan, Rabu (20/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, alokasi untuk program yang tingkat urgensinya tidak terlalu penting bisa dialihkan. Hal ini demi memitigasi risiko dampak kenaikan harga beras.
"Ada alokasi tambahan (untuk perlinsos) dari spending lain, misalnya yang notabene tingkat urgensinya tidak terlalu penting, atau multiyears. Artinya projek-proyek yang panjang, artinya bisa dialokasikan untuk mitigasi risiko dampak kenaikan harga beras," jelasnya.
Karena tujuan APBN pada dasarnya adalah mencapai pertumbuhan yang baik dengan melihat indikator sosial dan ekonomi. Tujuan lainnya adalah untuk menurunkan angka pengangguran hingga kemiskinan. Bahkan dalam RAPBN 2024, kata dia, angka kemiskinan ekstrem ditargetkan menyentuh nol persen.
Pada kesempatan itu Josua menyinggung target Indonesia untuk menjadi negara maju pada 2045. Menurutnya dibutuhkan transformasi ekonomi untuk mendorong perekonomian bisa tumbuh di atas 5%.
"Bagaimana kita tahun 2045 target masuk menjadi negara maju dengan melakukan transformasi kebijakan. Breakthrough kebijakan, kita nggak bisa gini-gini aja 5% (pertumbuhan ekonomi)," ungkapnya.
"Kita bisa lakukan dengan hilirisasi SDA. SDA kita sangat melimpah, kelapa sawit, batu bara, sekarang mineral nikel, tembaga aluminium, bauksit. Kalau bisa mengolahnya, mendorong hilirisasi, industrialisasi, itu bisa memberikan lompatan bagi industri pengolahan manufaktur," pungkasnya.
Simak juga Video: Antrean Penerimaan Beras Subsidi di Purwakarta Mengular