Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan puncak dari El Nino atau fenomena kekeringan yang terjadi belakangan ini akan terasa dampaknya pada 6-9 bulan ke depan. Salah satu dampaknya yaitu inflasi bisa terkerek.
Josua mengatakan El Nino bisa mengerek inflasi ke 3,5% di pertengahan 2024. Padahal pemerintah menargetkan inflasi tahun depan di kisaran 2,8%.
"Kemungkinan besar akan ada tren meningkat inflasi itu di pertengahan tahun depan karena di sini akan ada lag time penyesuaian waktu dari puncak El Nino kepada inflasi pangan itu sendiri," kata Josua dalam diskusi 'Kupas Asumsi Makro APBN 2024' di Hotel Grand Aston, Cipanas, Jawa Barat, Senin (25/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun ini di bawah 3%, tahun depan mungkin sedikit di atas 3%, di kisaran 3% sampai 3,5%," tuturnya.
Oleh karena itu, Josua berharap pemerintah bisa menjaga dan mengelola stok pangan dengan baik. Harapannya inflasi bisa terkendali dari pertengahan tahun hingga akhir 2024.
"Inflasi ini belum terlalu mengkhawatirkan karena pemerintah sudah ada langkah mitigasinya," imbuh Josua.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Abdurohman juga menyoroti kenaikan harga beras terhadap dampaknya ke inflasi. Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pangan (TPTIP) disebut telah melakukan upaya sejak awal tahun.
Upaya tersebut dilakukan dengan cara mendorong ketersediaan beras Bulog untuk menghadapi El Nino. Pemerintah juga telah melakukan operasi pasar dan menebar bansos pangan selama 3 bulan.
"Efektivitas dari sinergi pemerintah pusat, pemerintah daerah dan BI secara reguler melakukan koordinasi. Saya kira akan mampu menekan tekanan inflasi dari segi pangan," pungkasnya.
(aid/hns)