Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap produksi padi sampai akhir tahun akan terus turun. Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkap penurunan terjadi mulai, Oktober, November, dan Desember 2023.
Hal ini diungkapkan oleh Amalia dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2023, Senin (25/9/2023) kemarin yang disiarkan di YouTube Kementerian Dalam Negeri.
"Data terbaru kami, bisa kami sampaikan, sampai bulan Desember ini luas panen padi nasional di bulan Oktober, November, Desember, terlihat akan terus menurun produksi padi dalam juta ton," katanya, dikutip Selasa (26/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BPS memprediksi Indonesia mengalami defisit pasokan beras pada 2023. Amalia menyebut kondisi penurunan produksi di akhir tahun merupakan siklus yang terjadi setiap tahunnya.
"Diperkirakan defisit beras 2023 dan memang siklus tahunan di akhir tahun kalau Oktober, November, Desember defisit produksi beras, sementara ini kalau kita lihat kebutuhan konsumsi beras perbulan kira kira 2,55 juta ton," ungkapnya.
Penurunan produksi juga terjadi pada sentra-sentra penghasil beras, misalnya saja Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung dan Jawa Tengah. Meski demikian kelima daerah itu disebut tetap menjadi penyumbang produksi terbesar di Indonesia.
Dalam paparan BPS, produksi Sulawesi Selatan pada September 2023 akan ada 136,72 hektare (ha) lahan padi yang akan panen. Angka itu turun dari September 2022 yang luasannya 174,67 ha.
Jawa Barat akan panen 122,04 ha, turun dari sebelumnya 137,01 ha. Kemudian Jawa Timur diprediksi akan mengalami kenaikan panen menjadi 82,82 ha, naik dari tahun lalu yang hanya 78,33 ha.
Lampung akan mengalami penurunan panen dari sebelumnya 76,07 ha menjadi 72,69 ha. Lalu untuk Jawa Tengah, lahan padi yang akan panen juga menurun di September ini menjadi 56,9 dari sebelumnya 68,92 ha.
"Oktober potensi panen bergeser ke Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah. Di November akan ada produksi panen tertinggi Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Timur. Ini diambil dari data KSA, pak Menteri, di mana tiap bulan kami amatan perkembangan padi," tutupnya.
Kepala Badan Pangan bicara harga beras naik. Cek halaman berikutnya.
Simak juga Video: Mendag Pastikan Stok Beras Selama Musim Kemarau Aman
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi pernah mengungkap ada sejumlah faktor yang menyebabkan harga beras terus naik. Salah satunya adalah tren produksi akhir tahun lebih sedikit dibanding awal tahun.
Rata-rata konsumsi beras masyarakat setiap bulannya 2,5 juta ton. Nah, sementara pada akhir tahun rata-rata produksi di bawah 2,5 juta ton.
"Jadi produksi lebih rendah dari konsumsi. Pemerintah itu sudah melihat itu bahwa di semester 1 pastinya lebih tinggi (produksi) daripada semester 2, sehingga kalau di semester 2 itu pasti akan kejadian seperti ini (kenaikan harga dan defisit beras)," ujar dia kepada detikcom.
Dalam data yang ditunjukkan, produksi beras pada periode Januari hingga April 2023 sebanyak 12,91 juta ton sementara konsumsinya 10,15 juta ton, maka terjadi surplus beras 2,76 juta ton. Pada periode itu rata-rata konsumsinya 2,5 juta ton per bulan.
Kemudian pada periode Mei hingga Agustus 2023, produksi tercatat masih lebih tinggi sedikit dari konsumsi tetapi sudah mengalami penurunan yakni 10,36 juta ton. Sementara konsumsi sebanyak 10,19 juta ton. Masih ada surplus 170 ribu ton.
Pemerintah memprediksi jumlah konsumsi masih akan mengungguli produksi yang semakin rendah. Pada bulan September diprediksi konsumsi 2,55 juta ton sementara produksi 2,34 juta ton, Oktober konsumsi 2,5 juta ton dan produksi 2,2 juta ton dan November konsumsi 2,56 juta ton sementara produksi 1,6 juta ton.