Perusahaan ritel bernama Target menjadi sasaran pencurian dan perampokan. Akibatnya, Target memutuskan menutup sembilan gerai supermarketnya di empat negara bagian Amerika Serikat (AS).
Dilansir detikcom dari CNN, Sabtu (29/9/2023), maraknya perampokan dan pencurian berpotensi membahayakan karyawan maupun pelanggan. Dari segi bisnis, aksi kriminal tersebut membuat lara perusahaan anjlok hingga merugi.
Target memperkirakan kerugian US$ 500 juta atau setara dengan Rp 7,75 triliun (kurs Rp 15.500 per dolar AS) tahun ini karena meningkatnya pencurian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tidak dapat terus mengoperasikan toko-toko ini karena banyaknya pencurian dan perampokan yang terorganisir mengancam keselamatan karyawan dan pengunjung kami," kata Target dalam sebuah pernyataan.
"Kami tahu bahwa toko kami memiliki peran penting dalam komunitas mereka, namun kami hanya bisa sukses jika lingkungan kerja dan belanja aman bagi semua orang," tambah mereka.
Rencananya Target menutup gerai-gerai tersebut pada 21 Oktober 2023 mendatang. Adapun sejumlah gerai yang akan ditutup terletak di East Harlem, New York City; dua lokasi di Seattle; tiga lokasi di Portland; dan tiga lokasi di San Francisco dan Oakland. Sementara untuk karyawan yang terkena dampak akan dapat dipindahkan ke lokasi Target lainnya.
Di luar itu Target mengatakan pihaknya akan terus melakukan investasi cukup besar untuk menjaga 150 gerai lainnya di keempat kawasan itu dan hampir 2.000 toko secara nasional tetap aman. Selain keamanan yang lebih ketat, perusahaan juga berencana untuk bermitra pemerintah AS untuk memerangi kasus pencurian ritel ini.
Sebagai tambahan informasi, Target bukanlah retail pertama yang terpaksa menutup tokonya imbas banyaknya kasus pencurian dan perampokan yang terjadi di AS. Sebelumnya ada retail Nordstrom dan Whole Foods yang sudah menutup tokonya di San Francisco.
(ily/eds)