Jakarta -
Masa kejayaan Pasar Buku Kwitang, Jakarta Pusat meredup digerus zaman. Padahal kawasan ini sempat tersohor sebagai pusat jual-beli buku murah dengan ribuan koleksinya, mulai dari novel remaja dan dewasa, buku pelajaran SD-SMA, buku kuliah berbagai jurusan, hingga komik.
Nama kawasan ini juga semakin populer pada masanya karena menjadi salah satu latar film "Ada Apa Dengan Cinta?" yang dirilis pada 2002 lalu. Lantas bagaimana nasib pusat koleksi buku ternama Jakarta Pusat saat ini?
Kondisi Pasar Buku Kwitang
Berdasarkan pengamatan detikcom di lokasi, Senin (9/10/2023), pasar buku ini berada tepat di persimpangan antara Jl. Kramat Raya dengan Jl. Habib Ali Kwitang, Senen, Jakarta Pusat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di persimpangan ini tersisa lima toko buku yang masih buka, dua toko berada di Jl. Kramat Raya, tepatnya di depan flyover Senen, sedangkan tiga toko lagi berada di Jl. Habib Ali Kwitang, di sebelah kiri jalan tepat setelah tikungan.
Toko Buku Kwitang Foto: Ignacio Geordy Oswaldo |
Di setiap toko buku berisi sejumlah pedagang yang membuka lapak jualannya. Jumlah penjual berbeda antara satu toko dengan yang lain. Di luar itu hanya ditemui dua penjual lain yang menjual buku-buku dagangannya di pinggir jalan di sekitar lokasi. Buku-buku ini dibiarkan menumpuk dan tersusun dengan rapih.
Saat memasuki salah satu toko buku di sana, pengunjung akan disambut dengan ribuan koleksi buku. Ukuran toko yang cukup kecil membuat area ini cukup sesak dengan koleksi bahan bacaan di sana. Sebagian buku-buku ini ada yang ditata rapi di sebuah rak kayu, ada juga yang dibiarkan tertumpuk hingga menggunung.
Toko Buku Kwitang Foto: Ignacio Geordy Oswaldo |
Toko buku ini diisi lima pedagang buku yang dulu berjualan kaki lima di trotoar Kwitang pada era 1990-an. Namun, para pedagang ini terpaksa relokasi karena penggusuran.
"Saya sudah jualan dari tahun 1990an di sini, dari zamannya kaki lima. Dulu di sini ada ratusan gerobak sampai Toko Gunung Agung sana. Sekarang sisa 5 aja," kata salah seorang penjual buku, Bonar (53).
Apa saja koleksi Pasar Buku Kwitang? Cek halaman berikutnya.
Koleksi Pasar Buku Kwitang
Salah seorang penjual di Toko Buku Restu, Subhil (53), menjelaskan di kawasan ini tersedia berbagai bahan bacaan mulai dari novel remaja dan dewasa, buku pelajaran SD-SMA, buku mata kuliah berbagai jurusan, komik, hingga buku-buku langka yang sudah tidak diterbitkan lagi.
"Jualan buku apa aja, ada novel, motivasi, agama, apa aja yang saya dapat gitu. Paling laku kalau kita lihat dari dulu itu ya yang buku iseng-iseng di luar buku pelajaran biasanya kan novel," kata Subhil saat ditemui detikcom.
Meski begitu, ia yang mengaku sudah berjualan di kawasan ini sejak tahun 1991 ini mengatakan ada beberapa jenis buku yang laris dalam momen-momen tertentu. Sebut saja buku pelajaran saat menjelang tahun ajaran baru atau buku-buku latihan CPNS atau psikotest saat menjelang pendaftaran ASN.
"Kalau mata pelajaran kan biasanya dia kan periodenya ketika tahun ajaran baru, begitu juga mahasiswa, SD, SMP, SMA. Kalau ada pembukaan penerimaan (CPNS) itu biasanya sering, kaya bulan-bulan inilah sering kaya buku-buku TPA ini kan, kaya buku psikotets itu sasarannya itu calon-calon PNS," jelasnya.
Sementara itu Bonar mengatakan koleksi buku yang ada di kawasan ini sangatlah lengkap. Walaupun saat ini mayoritas buku yang dijajakan merupakan buku pelajaran dan buku bekas
"Buku pelajaran, buku bekas, mulai dari SD-SMP-SMA-Mahasiswa umum, bekas. Cuma ya sekarang ini tergantung kurikulum lah," ungkap Bonar.
Bonar juga membenarkan bila penjualan buku di kawasan ini juga sedikit banyak dipengaruhi oleh momen-momen tertentu. "Kalau (buku) pelajaran betul, tergantung musim-musiman kaya SD-SMP-SMA yang dibutuhkan orang, kamus-kamus," tambahnya.
Di luar itu ia juga mengatakan terdapat berbagai jenis buku lain yang dijual para pedagang buku di Kwitang. Bahkan menurut pengalamannya sering kali sejumlah pembeli hanya bisa mendapat buku incarannya di kawasan ini.
"Pengalaman saya orang beli buku, cewek, beli buku tuh sudah keliling di Jakarta nggak ada buku yang dibutuhkan itu, (buku) manajemen, sama saya ada, kaget dia," kata Bonar.
Toko Buku Kwitang Foto: Ignacio Geordy Oswaldo |
Harga buku-buku yang dijajakan pun masih relatif terjangkau. Dimulai dari Rp 10.000 untuk buku obralan hingga ratusan ribu rupiah untuk buku-buku luar negeri bekas ataupun baru.
Namun perlu diketahui bahwa di setiap buku ini tidak ada label harga tertempel, sehingga calon pembeli dapat bertanya secara langsung kepada sang pedagang. Karena hal ini juga para calon pembeli masih dapat melakukan tawar-menawar dengan para penjual.
Eksistensi Pasar Buku Kwitang di halaman berikutnya.
Pasar Buku Kwitang Pernah Eksis hingga Jadi Lokasi Syuting
Bonar mengatakan kawasan ini sebelumnya sangat eksis di tahun 1990-an. Bahkan pada momen-momen tertentu Pasar Buku Kwitang akan dipenuhi pengunjung hingga tidak tertampung.
"(Pasar Buku Kwitang) sudah ramai sejak tahun 1990-an. Bahkan kadang itu kalau sudah tahun ajaran (baru) sudah nggak tertampung itu (pengunjung), sempit jadi jalan waktu zaman-zaman kaki lima," kata Bonar kepada detikcom.
Saking ramai dan terkenalnya kawasan ini, banyak film-film ternama Tanah Air yang mengambil Pasar Buku Kwitang sebagai latar tempat atau lokasi syuting. Sebut saja yang paling terkenal film Ada Apa Dengan Cinta (2002). Hal ini tentu membuat sentra buku bekas ini semakin eksis pada zamannya.
"Ada Apa Dengan Cinta, Di Kala Cinta Menggoda, 1001 Cara Menggaet Cowok, masih banyak lagi film-film baru (syuting di Kwitang) yang saya nggak tahu," ungkapnya.
"Wah terkenal se-Indonesia, bursa buku bekas Jakarta pasti Kwitang. Jadi makin ramai lah, ramai pengunjung. Ramai cari buku-buku tentang 'Ada Apa Dengan Cinta', buku Sjuman Djaya 'Aku', banyak lagi mempromosikan Kwitang ini dulu," pungkas Bonar lagi.
Sementara itu Subhil juga mengatakan hal serupa, di mana pada tahun 1990-an pasar ini sangat ramai pengunjung. Menurutnya hal ini dapat terjadi berkat lokasi Kwitang yang menjadi titik kumpul masyarakat yang berpergian dari atau menuju Tanah Abang dan Kantor Wali Kota.
"Masa-masa itu Alhamdulillah ramai. Karena didukung beberapa hal, yang pertama online belum ada. Terus (penjual buku) kali lima-nya masih ada walaupun kucing-kucingan, dan lagi di sini kan dulunya era PPD dan metromini kan penumpang turun-naiknya kalau mau ke Tanah Abang di sini, ungkap Subhil.
"Tikungan ini lah, sekitar sini pangkalan bemo, bajaj, (Kwitang) jadi tempat orang berkumpul. Pagi dan sore, pekerja yang ke arah Wali Kota-Tanah Abang iseng-iseng lihat buku. Saya rasa hal hal-hal yang seperti itu mendukung ramainya (pengunjung) saat itu," tambahnya.
Sama seperti Bonar, Subhil juga mengungkapkan saking terkenalnya kawasan ini sebagai tempat jual-beli buku sampai dijadikan lokasi syuting film. Menurutnya hal ini sedikit banyak membuat eksistensi Pasar Buku Kwitang saat itu semakin dikenal masyarakat.
"Ya film itu juga membawa dampak yang bagus juga. Setelah itu kan beberapa kali ada film syuting di sini," ungkap Subhil.
Bahkan kehadiran film-film itu dirasa ikut membuat pasar yang sudah ramai pembeli semakin padat. Menurut Subhil pada masa-masa itulah Pasar Buku Kwitang sangat berjaya.
"Itu masih ada (penjual buku) kaki lima-nya, tahun 2000 ya, itu lagi ramai-ramainya. Memang entah karena lagi ramai dan filmnya dilihat view-nya (jumlah penonton) bagus jadi pada ke sini. Memang masa-masa (tahun) 2000 memang lumayan (banyak pengunjung)," jelasnya.
Sayang kondisi ini mulai berubah sejak para pedagang buku kaki lima di pasar ini ditertibkan Pemda setempat mulai 2005 lalu. Sejak saat itu para pedagang banyak yang berpindah lokasi hingga kini Pasar Buku Kwitang hanya menyisakan sedikit penjual buku hingga sepi pembeli.
Simak Video "Kondisi Toko Buku Kwitang Hadapi Tantangan di Era Digital"
[Gambas:Video 20detik]