Miliarder Israel, Idan Ofer, dan istrinya, Batia, dikabarkan mundur dari jajaran Dewan Eksekutif Harvard sebagai wujud protes. Mereka mengecam sikap pemimpin kampus tersebut yang dinilai 'lembek' dalam merespons konflik Israel-Palestina.
Dikutip dari CNN.com, Idan Ofer dan istrinya secara terbuka menyatakan mundur dari Dewan Eksekutif Harvard pada Jumat (13/10/2023). Mereka mengaku mundur karena kecewa terhadap respon pemimpin universitas atas serangan Hamas kepada Israel pada Sabtu (7/10/2023).
"Dengan rasa sesal kami menyatakan bahwa kepercayaan kami terhadap kepemimpinan kampus telah rusak. Kami tidak bisa melanjutkan niat baik untuk mendukung Harvard dan komite-komite yang ada," ucap pasangan tersebut kepada CNN.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan Idan untuk mundur dari Dewan Eksekutif Kennedy School of Government di Harvard menjadi sederet kontroversi terbaru di kampus tersebut setelah sekelompok mahasiswa mengeluarkan pernyataan terbuka mendukung Palestina. Kala itu, para mahasiswa tersebut mengatakan Israel sepenuhnya bersalah atas serangan mematikan yang dilakukan Hamas.
Kendati demikian, pernyataan tersebut tersebut bukan menjadi alasan utama Idan mundur dan mengkritik Harvard. Menurut salah satu sumber yang tidak disebutkan namanya kepada CNN, Idan disebut mundur karena sikap para pemimpin Harvard yang 'lembek' dalam merespon serangan Hamas terhadap Palestina.
"Kami menolak mereka yang mencoba menempatkan kesalahan pada rakyat Israel atas kekejaman yang dilakukan oleh organisasi teroris, Hamas," kata Idan. Menurutnya, para pimpinan kampus enggan menyatakan dukungan terhadap Israel dan mengecam Hamas sebagai organisasi teroris secara terbuka.
"Keputusan saya dan Istri untuk mundur dari dewan dipicu oleh kurangnya bukti dukungan yang jelas dari kepemimpinan Universitas untuk rakyat Israel menyusul peristiwa tragis minggu lalu, ditambah dengan ketidakmampuan mereka yang tampaknya untuk mengakui Hamas sebagai apa adanya, sebuah organisasi teroris," sambungnya.
Menurut Idan, sebagai salah satu institusi terbesar di dunia, Harvard mempunyai tanggung jawab moral untuk bersikap tegas di tengah hadirnya berbagai disinformasi di media sosial.
Siapa Itu Idan Ofer?
Idan Ofer adalah putra dari miliarder Sammy Ofer, yang pernah menjadi orang terkaya Israel. Sammy meninggal pada tahun 2011. Menurut Forbes, Idan memiliki mayoritas saham di Israel Corp, yang merupakan konglomerasi di bidang energi, pengiriman, dan kimia.
Selain itu, Idan diketahui salah satu pemegang saham pengendali di Kenon Holdings, sebuah perusahaan induk yang terdaftar di Bursa Saham New York. Menurut indeks miliarder Bloomberg, Idan telah mengumpulkan kekayaan hampir US$20 miliar atau Rp 314 triliun (Kurs Rp 15.703). Ia menempati peringkat ke-80 di daftar 100 orang terkaya di dunia.
Pihak kampus pun tidak menjawab permintaan komentar yang dilayangkan oleh CNN, namun mengirimkan pernyataan resmi Presiden Harvard, Claudine Gay, yang dibuat pada Kamis (12/10/2023).
Kala itu, Claudine mengatakan bahwa kampus menolak segala bentuk terorisme, termasuk tindakan keji yang dilakukan Hamas. Ia menjelaskan Harvard tidak menerima segala bentuk kebencian.
"Baik kebencian terhadap Yahudi, kebencian terhadap Muslim, dan kebencian apapun terhadap sekelompok orang yang berlandaskan keyakinan, asal negara mereka, dan identitas mereka," bebernya.
Claudine kemudian menambahkan bahwa Harvard menolak segala bentuk pelecehan dan intimidasi kepada individu berdasarkan kepercayaan mereka. Menurutnya, Harvard berkomitmen untuk menjaga free of expression atau kebebasan berekspresi.
"Komitmen tersebut mencakup pandangan-pandangan yang banyak dari kita anggap tidak menyenangkan, bahkan keterlaluan. Kami tidak menghukum atau memberikan sanksi kepada orang-orang yang mengutarakan pandangan seperti itu," kata Claudine. "Tapi itu jauh dari kata mendukung mereka," pungkasnya.
(eds/eds)