Bos JPMorgan Ingatkan Dunia Sedang Hadapi Masa yang Paling Berbahaya!

Bos JPMorgan Ingatkan Dunia Sedang Hadapi Masa yang Paling Berbahaya!

Anisa Indraini - detikFinance
Minggu, 15 Okt 2023 16:45 WIB
LONDON - MARCH 17:  The sign for JP Morgan is featured on a mirror in the headquarters of the bank JP Morgan Chase on March 17, 2008 in London, England. JP Morgan Chase has bought out US Investment bank Bear Stearns for a small percentage of its recent value after Bear Stearns was forced to ask for emergency funds from the US Federal Reserve.  (Photo by Cate Gillon/Getty Images)
Foto: Getty Images/Cate Gillon
Jakarta -

CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon memperingatkan bahwa saat ini adalah masa paling berbahaya bagi dunia. Bahaya tersebut berasal dari berbagai ancaman peristiwa yang sedang berlangsung.

Dimon mengatakan perang yang sedang berlangsung di Ukraina dan serangan Hamas vs Israel sejak sepekan terakhir kemungkinan akan berdampak luas pada pasar energi, pangan, perdagangan global, dan hubungan geopolitik.

"Ini mungkin saat paling berbahaya yang pernah terjadi di dunia dalam beberapa dekade," kata Dimon dikutip dari CNBC, Minggu (15/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain konflik militer, Dimon menyebut peningkatan utang dan defisit fiskal terbesar di AS mendorong kuatnya risiko inflasi dan suku bunga tinggi.

Seiring dengan tingginya suku bunga, dia menyebut upaya Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) untuk mengurangi kepemilikan obligasinya. Proses tersebut dikenal sebagai pengetatan kuantitatif.

ADVERTISEMENT

Dimon baru-baru ini mengatakan bahwa dia telah memperingatkan klien tentang kemungkinan suku bunga tidak hanya akan tetap tinggi, melainkan juga dapat meningkat secara signifikan.

"Meskipun kami berharap yang terbaik, kami mempersiapkan Firma tersebut untuk mencapai berbagai hasil sehingga kami dapat secara konsisten memberikan pelayanan kepada klien, apa pun lingkungannya," tuturnya.

Pernyataan tersebut terungkap dalam rilis mengenai pendapatan JPMorgan Chase. Perusahaan keuangan top di AS itu mencatatkan laba US$ 13,15 miliar atau US$ 4,33 per saham pada kuartal III-2023, melonjak 35% dibandingkan periode yang sama tahun lalu karena berasal dari manfaat pendapatan bunga bersih dan biaya kredit yang kemungkinan tidak akan bertahan lama.

(aid/das)

Hide Ads