Kenaikan harga barang impor disebut bakal terjadi apabila nilai tukar dolar AS terus menguat terhadap Rupiah. Puncaknya, dalam waktu dekat diprediksi Dolar bakal menguat sampai level Rp 16.000.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai ketika depresiasi rupiah terjadi sangat dalam, bahkan mencapai di level Rp 16.000 ke atas maka ini akan mempengaruhi nilai atau harga produk impor yang masuk ke dalam negeri.
"Hal ini sudah tentu akan mempengaruhi komposisi perubahan harga terutama pada produk-produk yang bahan bakunya itu sangat bergantung terhadap impor dari luar negeri," ungkap Yusuf Rendy ketika dihubungi detikcom, Kamis (19/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini, Indonesia sendiri banyak melakukan impor pada lima negara atau kawasan. Dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS), berdasarkan data impor Januari hingga September 2023, lima negara atau kawasan itu adalah China, ASEAN, Jepang, Uni Eropa, dan Korea Selatan.
Pertama dari China nilai impornya mencapai US$ 45,7 miliar. Terdiri dari barang Mesin/Peralatan Mekanis dan Bagiannya dengan kode HS 84, nilainya mencapai US$ 10,5 miliar.
Kemudian ada juga barang Mesin/Perlengkapan Elektrik dan Bagiannya dengan kode HS 85 senilai US$ 10,2 miliar. Terakhir ada juga Besi dan Baja dengan kode HS 72 senilai US$ 2,3 miliar.
Kemudian dari kawasan ASEAN jumlah impornya senilai US$ 23 miliar. Paling banyak adalah barang Mesin/Perlengkapan Elektrik dan Bagiannya dengan kode HS 85 senilai US$ 3,5 miliar.
Lalu, ada juga barang Mesin/Peralatan Mekanis Dan Bagiannya dengan kode HS 84 senilai US$ 3,2 miliar. Terakhir, ada barang Plastik dan Barang Dari Plastik dengan kode HS 39 senilai US$ 2,5 miliar.
Dari negara Jepang, Indonesia melakukan impor senilai US$ 12,4 miliar. Mulai dari impor barang Mesin/Peralatan Mekanis dan Bagiannya berkode HS 84 senilai US$ 2,7 miliar.
Lalu, ada juga Kendaraan dan Bagiannya dengan kode HS 87 senilai US$ 2 miliar. Terakhir, produk Besi dan Baja dengan kode HS 72 senilai US$ 1,8 miliar.
Selain itu Indonesia juga getol melakukan impor dari kawasan Uni Eropa, jumlahnya mencapai US$ 10,7 miliar. Dengan barang paling banyak diimpor adalah Mesin/Peralatan Mekanis dan Bagiannya dengan kode HS 84 senilai US$ 3 miliar.
Lalu ada juga Mesin/Perlengkapan Elektrik dan Bagiannya dengan kode HS 85 nilainya US$ 900 juta, dan Kendaraan dan Bagiannya dengan kode HS 87 senilai US$ 900 juta.
Paling akhir, Indonesia tercatat getol impor barang dari Korea Selatan dengan nilai mencapai US$ 7,4 miliar. Terdiri dari Mesin/Peralatan Mekanis dan Bagiannya dengan kode HS 84 senilai US$ 1,4 miliar, kemudian Mesin/Perlengkapan Elektrik dan Bagiannya berkode HS 85 dengan nilai US$ 1,4 miliar. Lalu ada juga Besi dan Baja berkode HS 72 senilai US$ 800 juta.
(hal/kil)