Harga kedelai semakin melonjak tinggi seiring dengan menguatnya dolar AS terhadap Rupiah. Harga tempe pun diprediksi ikut naik. Kenaikan harga tempe tersebut membuat sejumlah pedagang tempe dilema.
Seperti Titin (47), pedagang tempe di Pasar Serdang Kemayoran. Dia mengaku tidak bisa menaikkan harga jual tempe ataupun mengurangi ukurannya. Pasalnya, hal tersebut bisa berdampak pada daya beli konsumen yang menurun.
"Sekarang gini, masih utuh (ukurannya). Dinaikin pun nggak laku, pasar pun sekarang sepi banget. Daya beli masyarakat tuh kurang, masih utuh aja ga laku, gimana lagi dinaikkin?" kata Titin kepada detikcom, Jumat (20/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, kenaikan harga kedelai saat ini sudah menyentuh Rp 1.250.000 per kwintal dari harga normalnya Rp 1.050.000 per kwintal. Kenaikan tersebut juga berimbas pada omsetnya. Dalam sehari, dia bisa mendapatkan sekitar Rp 900 ribuan. Angka tersebut belum termasuk bahan produksi tempe, seperti kacang kedelai, daun, plastik, dan daya tenaganya.
Akibatnya, dia pun mengurangi produksi tempe dengan 50 kg kedelai mentah. Hal tersebut dia lakukan hanya untuk para pelanggannya.
"Intinya sekarang bertahan. Bisa beli kacang alhamdulillah, cuma buat pelanggan, kan cari pelanggan aja susah. Kalau kita nggak dagang, ya pindah ke yang lain. Jadi, ya tuh nggak dapet apa-apa. Kadang nombok belanja, karena produksinya dikurangi. Kadang nggak sampai habis (tempe), makanya dikurangi," jelasnya.
Hal serupa juga dirasakan Pendi, salah satu pedagang tempe di Pasar Sumur Batu. Perempuan berusia 48 tahun itu mengaku dilema menjual tempe saat kedelai naik.
Pasalnya, dia lebih memilih mengurangi produksi alih-alih menaikan harga jual tempe atau mengurangi ukurannya. Apabila menaikkan harga jual, bisa berimbas pada daya beli konsumen yang menurun.
"Tempenya ya dijual segini-gini (tidak dikurangi) aja. Kalau kedelai naik ya jualnya susah, kurang pembelinya. Jadi, ya akhirnya bikinnya (produksi tempe). kurang, karena kacangnya mahal," kata Pendi kepada detikcom di lokasi.
Sebelumnya, Pendi bisa memproduksi hingga 80 kg kedelai mentah, kini menjadi 50 kg. Kenaikan kedelai juga berdampak pada omsetnya. Dalam sehari, dia bisa mendapatkan sekitar Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta. Pendapatan itu belum dipotong untuk bahan-bahan produksi tempe, seperti kedelai, plastik, daun, dan lain-lain.
Dia pun berharap harga kedelai bisa kembali stabil sehingga bisa meningkatkan produksi tempe dan omsetnya.
Saat ini harga kacang kedelai di sejumlah pasar di Jakarta terus meningkat. Per Jumat (20/10/2023), harga kacang kedelai sudah menyentuh Rp 12.500 hingga Rp 13.000 per kg dari sebelumnya Rp 10.000 sampai Rp 11.000 per kg.
(das/das)