Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Ganjar Pranowo dan Mahfud Md menargetkan rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 7%. Target ini dilakukan agar Indonesia bisa keluar dari jebakan middle income trap.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menilai target pertumbuhan ekonomi yang ditawarkan pasangan GAMA ini sangat sulit diwujudkan.
Hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya kondisi perekonomian yang belum menunjukkan pemulihan serta geopolitik di Timur Tengah dan juga antara Rusia-Ukraina yang bisa mempengaruhi inflasi dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kira berat ya. Perang Rusia-Ukraina tidak bisa dipastikan kapan selesai jadi itu sangat mempengaruhi beberapa hal yang pertama adalah inflasi dunia. Inflasi dunia ini yang akan mengakibatkan suku itu naik sehingga ini akan menyebabkan akan ekonomi dunia juga mengalami pelemahan," kata Tauhid kepada detikcom, Sabtu (21/10/2023).
Dia bilang, ketidakpastian ini juga akan mempengaruhi ekspor dan impor dalam beberapa tahun ke depan. Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga sudah menaikkan suku bunga acuan.
"Suku bunga yang tinggi ini mengakibatkan bunga instansi konsumsi dan pinjaman jadi relatif tinggi sehingga berpengaruh pada sumbangan investasi dalam negeri. Jadi, hanya mengandalkan dari konsumsi masyarakat dan juga investasi pemerintah. Dua hal itu yang mengakibatkan kayaknya 7% terlalu tinggi, 6% mungkin dicapai tapi perlu kerja keras. Kalau 7% rasanya berat di situasi seperti ini," jelasnya.
Dia pun tidak menyalahkan memasang target yang terlalu tinggi. Hanya saja, perlu dilihat kembali sejarah perjalanan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebelumnya. Alhasil, pencapaian bisa realistis dan bisa dipakai oleh semua pihak.
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core), Piter Abdullah mengatakan siapapun capres yang ingin mencapai Indonesia maju 2045 harus menargetkan rata-rata pertumbuhan ekonomi minimal 7%.
"Dia harus menargetkan, harus merealisasikan pertumbuhan ekonominya lima tahun ke depan dan seterusnya itu minimal 7% setiap tahun rata-ratanya. Bahkan seharusnya lebih tinggi lagi ini, terlepas dari realistis atau tidak realistis. Realistis nanti bisa dilihat dari bagaimana dia mewujudkan 7% itu, baru kita mengomongkan realisasinya tidak realistis," kata Piter saat dihubungi detikcom.
Target tersebut bisa terwujud apabila dapat memperbaiki sistem ekonomi Indonesia yang tidak efisien dan masih ada ekonomi biaya tinggi (high cost economy). Piter menilai ekonomi Indonesia tidak efisien disebabkan masih banyaknya permasalahan hukum, seperti korupsi. Hal ini sejalan dengan yang ditawarkan oleh pasangan Ganjar-Mahfud (GAMA), yakni reformasi hukum.
"Wah ini sangat cocok kalau menurut saya, bisa membantu memperbaiki mesin ekonomi kita. Kalau reformasi hukum yang diusung, bisa memperbaiki mesin ekonomi kita supaya lebih efisien, didukung dengan sistem hukum yang bagus dengan pemberantasan korupsi dan sebagainya. Akan tetapi, saya baru sampai di situ belum mengupasnya program lainnya," jelasnya.
Pemberantasan korupsi ini tentunya juga akan ditawarkan oleh pasangan capres-cawapres lainnya. Dia menegaskan yang terpenting bagaimana memperbaiki sistem ekonomi, cara menyembuhkan penyakit ekonominya.
"Mau UMKM, tapi UMKM-nya dibebani oleh dengan suku bunga tinggi, masih ditemani oleh korupsi, ya perekonomian jalanannya cuman segitu aja," imbuhnya.
(ara/ara)