Geliat usaha penjual kaos, atribut, hingga bendera partai mulai terlihat jelang Pemilu 2024. Kondisi ini biasa terjadi lantaran para Bakal Calon Presiden dan Wakil Presiden, hingga bakal calon legislatif membuat sejumlah kaos dan atribut partai demi keperluan kampanye.
Berkat itu sejumlah pedagang biasanya kebagian berkah dari momentum tahun politik, khususnya mereka yang menjual kaos, atribut, hingga bendera partai. Lantas bagaimana geliat usaha para penjual kaos-atribut partai saat ini?
Salah seorang penjual bendera partai di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Alvian (50) mengaku dapat banyak pesanan menjelang masa Pemilu. Ia yang sudah berjualan bendera partai sejak 15 tahun lalu mengaku omzetnya naik hingga 80%
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang-sekarang ada di 80-70% (kenaikan omzet), belum sampai 100% sih. Masalahnya orang masih nunggu nomor urut dan segala macam," kata Alvian kepada detikcom, Senin (23/10/2023).
Berdasarkan pengalaman Alvian, omzet penjualannya akan terus meningkat hingga 100-150% usai para Capres-Cawapres, Caleg, hingga Calon Kepala Daerah mendapatkan nomor penetapan. Karenanya ia sendiri sudah mulai tambah produksi untuk stok pesanan.
"Belum ada peningkatan (yang signifikan) masalahnya. Orang tuh lagi nunggu nomor penetapan ya. Nanti setelah penetapan ya sekitar 100-150%. Sudah, sudah mulai produksi buat stok," ungkapnya.
![]() |
Meski begitu menurutnya penjualan bendera partai mulai mengalami penurunan bila dibandingkan Pemilu-pemilu sebelumnya. Kondisi ini mulai terjadi sejak Pemilu 2019 lalu, saat pemilihan Presiden-Wakil Presiden, hingga legislatif dan kepala daerah dilakukan serentak.
"Karena 2019 itu kan pertama-tama orang mau serentak pemilu yah, kalau dulu kan pisah-pisah. 2014 itu masih pisah-pisah kan, kalau dulu bisa naik 200%. Karena kan beda-beda gitu, kaya caleg DPR-nya, presidennya beda-beda, kalau sekarang kan (pesanan bendera partai) digabung," jelas Alvian lagi.
Pesanan yang ia terima sebagian besar dari para calon legislatif, baik itu tingkat nasional (DPR RI) maupun provinsi atau daerah (DPRD/DPD). Sayangnya Alvian belum bisa merinci omzet penjualannya tahun ini karena jumlah pesanan masih belum maksimal.
"Kalau sudah dekat (Pemilu) nanti ramai gitu, sekarang masih sepi. Kaya tadi kan baru nanya, dia kader dari Banjarmasin masih tuh nanya ongkosnya berapa, produksinya berapa. Ada juga kalau sudah biasa dia sudah tahu misalnya (pesan) sampai 30.000 bisa sampai 50.000 bendera satu partai," jelasnya.
Namun berdasarkan pengalaman pada Pemilu 2019 lalu, ia mengaku bisa meraup omzet hingga lebih dari Rp 10 miliar. Kondisi ini bisa saja membaik bila ia bisa menerima tambahan pesanan dari para caleg.
"Ya bisa berapa ya? Kalau sampai habis (masa Pemilu) ya bisa sampai Rp 5 miliar, Rp 10 miliar. Ya kalau kita dapat lagi (tahun ini) yang DPR RI bisa lebih. Kalau DPR RI kan modalnya besar," ungkap Alvian.
Nasib pedagang kaos partai di halaman berikutnya.