Bukan Kompetitor, Bos Telkom Buka-Bukaan Ancaman Paling Berbahaya

Bukan Kompetitor, Bos Telkom Buka-Bukaan Ancaman Paling Berbahaya

Ilyas Fadilah - detikFinance
Kamis, 26 Okt 2023 14:12 WIB
Petugas dari STO Telkom Jakarta Barat merapihkan dan membenahi kabel-kabel udara milik perusahaan BUMN itu. Hal itu menanggapi teguran keras dari Pemprov DKI untuk membenahi kabel udara yang mengganggu keindahan dan kenyamanan masyarakat.
Foto: Rachman_punyaFOTO
Jakarta -

Direktur PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk Ririek Adriansyah mengatakan, perkembangan teknologi bisa menjadi ancaman bagi perusahaan. Meskipun jika dilihat di sektor lain, teknologi juga bisa memberi kemudahan bagi operasional perusahaan.

Baginya, perkembangan teknologi justru lebih mengancam dibanding kompetitor. Menurut Ririek kalau pun kompetitor mengambil pangsa pasar Telkom maka hal itu dilakukan sedikit demi sedikit.

"Di Telkom ini yang berbahaya bukan kompetitor, tapi teknologi baru. Kalau kompetitor paling mau ngambil market share sedikit demi sedikit," ujarnya di acara Ngopi BUMN di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (26/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyebut perkembangan teknologi bisa mengeliminasi sesuatu dengan seketika. Misalnya layanan pager atau radio panggil yang hilang seketika saat layanan SMS muncul.

"Teknologi sangat berbeda, bisa mengeliminasi seketika. Saya lihat di sini yang umurnya di bawah 40 tahun, barangkali dulu ada namanya pager. Itu sampai tahun 90-an. Itu hilang begitu saja karena ada SMS," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Selanjutnya peralihan dari komunikasi berbasis suara ke data, atau panggilan seluler ke panggilan WhatsApp. Ririek menyatakan siklus pergantian ini terjadi dengan cepat. Oleh karena itu Ririek menekankan pentingnya adaptasi untuk menyesuaikan dengan zaman.

Tantangan lain di sektor teknologi informasi dan komunikasi adalah industri yang sangat menantang. Di satu sisi harga layanan data terus menurun, sementara volume konsumsi data terus naik.

"Mungkin rata-rata sekarang beli pulsanya sebulan tidak lebih mahal daripada satu cangkir kopi Starbucks. Itulah tantangan kita, penggunaan data, harga data terus menurun, volume konsumsi naik," pungkasnya.

Simak juga Video 'Telkom Ciptakan Ekonomi Digital Berkelanjutan':

[Gambas:Video 20detik]



(ily/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads