Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan inflasi Indonesia tercatat 2,28% sejalan dengan harapan pasar. Namun, ia menyampaikan tren kenaikan perlu dicermati terutama dari komoditas beras dan gula karena penurunan produksi imbas El Nino.
"Di perekonomian domestik, tingkat inflasi tercatat sebesar 2,28% yoy, sejalan dengan ekspektasi pasar sebesar 2,2%. Namun, perlu dicermati tren kenaikan inflasi bahan makanan terutama komoditas beras dan gula di tengah potensi penurunan produksi global akibat El Nino," katanya dalam konferensi pers, Senin (30/10/2023).
Dia menambahkan, daya beli masyarakat masih tertekan. Hal ini tercermin dari inflasi inti yang turun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara umum, daya beli masih tertekan tercermin dari inflasi inti yang kembali turun, serta penurunan indeks kepercayaan konsumen serta kinerja penjualan ritel yang rendah. Namun demikian, kinerja sektor korporasi relatif masih baik terlihat dari PMI Manufaktur yang terus berada di zona ekspansi dan neraca perdagangan yang masih mencatatkan surplus," terangnya.
Sementara itu, dia bilang, risiko geopolitik global meningkat seiring konflik Israel dan Hamas yang berpotensi mengganggu perekonomian dunia secara signifikan apabila terjadi eskalasi di Timur Tengah. Di Eropa, kinerja ekonomi diprediksi masih mengalami stagflasi.
Sementara itu di China, pemulihan ekonomi masih belum sesuai ekspektasi dan kinerja ekonomi yang masih di level pandemi meningkatkan kekhawatiran bagi pemulihan perekonomian global.
"Kenaikan yield surat utang di AS meningkatkan tekanan outflow dari pasar emerging markets termasuk Indonesia, mendorong pelemahan terutama di pasar nilai tukar dan pasar obligasi secara cukup signifikan. Volatilitas di pasar keuangan, baik di pasar saham, obligasi, dan nilai tukar juga dalam tren meningkat," ujarnya.
(acd/ara)