Kekeringan parah akibat kemarau panjang El Nino membuat warga desa Marga Mulya, Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten, sengsara kekurangan air bersih.
Seorang petani sekaligus Ketua RW 1 Desa Mulya, Nada (46), mengatakan kondisi kekeringan hingga tidak ada air ini sudah terjadi sejak tiga bulan terakhir. Kondisi ini membuat sawah-sawah di desa tersebut kekurangan air.
Beruntungnya di dekat area persawahan ini masih ada waduk kecil buatan warga sekitar, tempat para petani menampung air saat hujan. Berkat itu para petani masih bisa mengairi sawah garapan mereka hingga panen pada September kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kondisi kering mah sudah lama, tiga bulanan lah ada. Soalnya kan sudah nggak ada hujan berapa lama, sawah-sawah juga pada kering," kata Nada kepada detikcom, Senin (30/10/2023).
"Kemarin di sini sawah nyedot air dari waduk, pakai diesel di sana. Sekarang mah sudah kering nggak ada lagi air. Selesai panen kemarin (September) sudah," jelasnya lagi.
Di luar itu area persawahan ini dibiarkan mengering hingga tanah-tanah pada retak. Sebab air di saluran irigasi persawahan juga sudah kering kerontang hingga tak bersisa sedikitpun.
"Air irigasi juga sudah kering semua di sini, padahal kalau lagi hujan mah bisa sampai banjir bikin padi juga pada mati. Kalau hujan mah musti kita buang airnya ke penampungan," ungkap Nada.
Bahkan saking keringnya kawasan ini, Nada mengaku warga sekitar mulai kekurangan air bersih. Menurutnya hasil pompa air tanah di Desa Marga Mulya juga sudah tidak mencukupi. "Air tanah pakai pompa juga sudah nggak ada, air keluar juga dikit banget kaya kencing," ungkapnya.
Sementara itu petani lain di Desa Marga Mulya, Jaka (53), juga mengaku kawasan ini sudah lama tidak turun hujan hingga kekeringan. Menurutnya sudah tujuh bulan kawasan ini tidak turun hujan.
"Sudah tujuh bulanan nggak ada hujan, terakhir puasa kemarin lah (akhir Maret 2023). Cuaca mah ada tanda-tanda, mendung gitu, tapi nggak hujan," ungkap Jaka.
Akibatnya setelah panen raya pada bulan September kemarin area persawahan dibiarkan begitu saja. Bahkan sisa-sisa padi di area sawah dibiarkan begitu saja agar sawah tidak terlalu kering.
"Ya sudah (sawah) biarkan aja. (Sisa padi sengaja nggak dibersihkan?) iya memang dibiarkan aja, biar nggak kering-kering banget. Nanti kalau sudah hujan baru kita garap lagi," jelas Jaka.
Ia juga mengaku kondisi kurang air ini juga sudah terjadi di rumahnya. Bahkan untuk keperluan air bersih Jaka mengaku perlu membeli di tukang-tukang dengan harga Rp 5.000 per dirigen.
"Nggak ada air, mandi juga nggak puas di rumah. Paling kalau air bersih ya beli, satu dirigen Rp 5.000 buat rebus-rebus (keperluan masak) doang," jelasnya.
(fdl/fdl)