Sawah Retak-retak Kekeringan, Petani di Tangerang Kerja Apa?

Sawah Retak-retak Kekeringan, Petani di Tangerang Kerja Apa?

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Senin, 30 Okt 2023 19:15 WIB
Sawah Kekeringan
Foto: Ignacio Geordy Oswaldo
Tangerang -

Sawah-sawah di Desa Marga Mulya, Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten, mengalami kekeringan hingga tanah retak-retak akibat dihantam kemarau panjang El Nino. Kondisi ini membuat para petani penggarap kehilangan pekerjaan.

Seorang petani sekaligus Ketua RW 1 Desa Marga Mulya, Nada (46), mengatakan akibat kondisi kekeringan hingga tidak ada air iniarea persawahan di kawasan ini sedang tidak bisa diolah. Akibatnya para petani di kawasan tersebut menganggur tidak ada garapan.

Menurutnya kondisi ini sudah terjadi sejak September lalu usai panen raya berakhir. Sejak saat itu para petani mulai menganggur dan hanya bisa berkumpul di sebuah pondok dekat warung mencari kerja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Para petani nggak ada garapan, orang sawah juga pada kering. Nunggu hujan baru bisa digarap lagi sawahnya. Kalau nggak ya gini aja ngumpul di sini (di sebuah pondok dekat warung)," kata Nada kepada detikcom, Senin (30/10/2023).

Saat ditanya apakah para petani termasuk dirinya memiliki pekerjaan lain, ia mengaku tidak ada pekerjaan lain. Sebab di kawasan itu hanya ada persawahan yang biasa mereka gunakan untuk bertani.

ADVERTISEMENT

"Nggak ada kerjaan lain. Di sini sawah semua, mau kerja apa lagi? Mau jadi kuli di sekitar sini nggak ada proyek, mau usaha juga nggak ada modal," ungkapnya.

Karena hal inilah biasanya mereka hanya bisa berkumpul di pondok itu untuk menjual pasir dan kerikil untuk bahan bangunan yang menggunung di dekat warung. Di luar itu para petani ini tidak memiliki pekerjaan lainnya.

"Mau di rumah juga stres nggak ngapa-ngapain, jadi ya di sini aja nungguin kalo ada yang beli pasir," katanya.

"Kita di sini dari jam 7 (pagi) sampai 5 (sore), istri di rumah kiranya kita kerja padahal mah ya gini aja, nanti pas pulang ditanya dapat berapa, 'zonk', sampai baal (terbiasa). Paling kalau dapat ya Rp 30.000 itu sudah syukur banget," ujar Nada lagi.

Sementara itu salah seorang petani garapan bernama Jaka (53), mengaku sudah menganggur sejak panen raya pada September lalu. Sebab usai panen area persawahan ini memang dibiarkan begitu saja karena kekeringan yang terjadi.

"Mau garap apa nggak ada air. Kalau ada air kita kan bisa garap sawah. (Selain jadi petani ada kerjaan lain?) nggak ada, mau kerja apa lagi di sini?" jelas Jaka.

Saat ditanya ia dapat penghasilan dari mana lagi bila terus menganggur, Jaka hanya bisa pasrah meratapi keadaannya. Untuk kebutuhan sehari-hari saja ia hanya bisa mengandalkan simpanan yang didapatnya saat panen raya kemarin.

"Ya pakai simpanan kemarin. Kalau untuk makan Alhamdullilah masih ada, tapi ya buat makan aja nggak bisa beli yang lain-lain," ungkapnya.

(fdl/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads