Cara Israel Tetap Bisa Makmur Meski Tak Punya Minyak

Cara Israel Tetap Bisa Makmur Meski Tak Punya Minyak

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Kamis, 02 Nov 2023 06:30 WIB
Pawai Bendera Israel digelar di Yerusalem, Minggu (29/5). Pawai itu merupakan bagian dari peringatan tahunan yang menandai pendudukan timur Yerusalem pada 1967.
Pawai Bendera Israel digelar di Yerusalem, Minggu (29/5)/Foto: Reuters
Jakarta -

Israel merupakan salah satu negara kaya di dunia meski kerap dilanda perang dan konflik bersenjata. Kondisi ini jauh berbeda dengan sejumlah negara lainnya yang menjadi miskin akibat perang. Padahal negara ini tidak memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, khususnya minyak dan gas, seperti negara-negara Timur Tengah lainnya.

Lantas dari mana Israel bisa menghasilkan banyak uang? Tidak seperti negara-negara tetangganya yang banyak mengandalkan migas, Israel mengandalkan sektor manufaktur dan teknologi untuk pemasukan negara.

Mengutip Times Of Israel, Rabu (1/11/2023) kemarin, kurangnya SDA justru menjadi salah satu faktor pendorong bagi Israel mencari alternatif lain untuk bertahan hidup. Israel membangun berbagai macam teknologi dan industri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misalkan saja pada sektor pertanian, karena Israel memiliki tanah tandus dan tidak subur, negara ini kemudian 'terpaksa' mengembangkan teknologi irigasi tetes dan pabrik desalinasi air. Berkat teknologi ini Israel bisa memproduksi hasil pertaniannya sendiri.

Kemudian pada 1950an Israel juga banyak menerima imigran dari berbagai negara dan mengalami lonjakan populasi. Dari sana negara ini bisa mengumpulkan banyak tenaga ahli dari berbagai negara. Kondisi ini menjadikan Israel lahan subur bagi pengembangan inovasi teknologi.

ADVERTISEMENT

Bersamaan dengan itu, pemerintah Israel menyediakan lapangan kerja dan mendirikan proyek infrastruktur dengan menggunakan uang dari luar negeri, terutama dari para diaspora Yahudi. Orang-orang Yahudi ini mendapatkan banyak dana khususnya dari Jerman sebagai bentuk kompensasi atas kejahatan Nazi selama perang dunia kedua.

Kondisi ini terus berlanjut meski ekonomi Israel sempat stagnan pada 1970an akibat perang Yom Kippur yang memaksa pemerintah negara tersebut merekrut sebagian besar tenaga kerja sebagai anggota militer dan membuat sebagian besar bisnis terhenti.

Kemudian, pada 1990-an gelombang imigrasi besar-besaran lagi masuk ke Israel dari negara-negara bekas Uni Soviet. Kedatangan mereka membuat negara itu semakin kelimpahan sumber daya manusia (SDM) terampil.

Saat itu, terdapat lebih dari 900.000 imigran yang sebagian besar merupakan insinyur, profesor, dan ilmuwan. Tentu kondisi ini membuat Israel semakin kaya akan SDM untuk mengembangkan berbagai macam teknologi dan manufaktur.

"Kemampuan kami untuk menyerap imigran dan mengintegrasikan mereka adalah sesuatu yang belum dilakukan banyak negara lain," kata Yaniv Pagot selaku ekonom dan kepala strategi perusahaan investasi Israel, Ayalon Group.

"Ini adalah pencapaian yang mempunyai implikasi ekonomi yang besar dan juga dampak sosial jangka panjang," jelasnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Lihat Video: Menlu Pastikan Tim Evakuasi WNI di Gaza Sudah Tiba di Rafah

[Gambas:Video 20detik]




Tidak hanya di sektor teknologi, sadar bila negaranya kerap terlibat dalam konflik senjata, Israel juga memutuskan untuk merambah sektor militer dan persenjataan. Dengan begitu mereka bisa secara mandiri memasok kebutuhan militer dalam negeri.

Dalam catatan detikcom yang mengutip dari situs Israel Defense, negara ini mulai membangun kekuatan militernya sendiri pada 1939 dengan mendirikan Israel Military Industries Ltd. alias IMI. Seperti namanya perusahaan ini bertugas untuk mengembangkan dan membuat sistem peralatan militer.

Di luar itu perusahaan ini juga melakukan pelatihan persenjataan bagi para tentara di negaranya. Dari perusahaan inilah sebagian besar persenjataan serta kemampuan tempur pasukan militer Israel berasal, termasuk di antaranya yang banyak dipergunakan pemerintah Israel untuk melawan militan Palestina.

Tidak hanya sukses memproduksi senjata untuk kepentingan dalam negeri, Israel juga mampu menjual senjata-senjata buatannya ke berbagai negara. Bahkan bisnis jual-beli senjata yang dilakukan negara ini mampu memberikan cuan yang cukup besar.

Berdasarkan pemberitaan Business Standard, nilai ekspor peralatan militer Israel sempat mencapai angka tertinggi sepanjang masa sebesar US$ 12,55 miliar atau Rp 197,03 triliun pada 2022 lalu. Informasi ini disampaikan langsung oleh Kementerian Pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan.

Dijelaskan, sekitar 25% dari total ekspor peralatan militer Israel ini berasal dari drone pengintai dan penyerang. Setelahnya di posisi kedua ada rudal, roket, dan sistem pertahanan udara yang menyumbang 19% dari total ekspor.

Kemudian masih ada sistem radar yang menyumbang 13%; peralatan observasi dan optronik menyumbang 10%; intelijen, informasi, dan sistem siber sebesar 6%; dan sistem komunikasi menyumbang 6% dari penjualan.

Di luar itu masih ada pesawat tempur dan sistem avionik yang menyumbang 5% dan stasiun senjata dan peluncur menyumbang 5% lainnya. Sisanya terdiri dari gabungan ekspor kendaraan, amunisi, persenjataan, sistem maritim, dan jasa.


Hide Ads