Ekonomi RI Tumbuh Tak Sampai 5%, Waspada Akhir Tahun Masih Loyo

Ekonomi RI Tumbuh Tak Sampai 5%, Waspada Akhir Tahun Masih Loyo

Samuel Gading - detikFinance
Kamis, 09 Nov 2023 12:06 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,2 persen. Namun ekonom menilai angka itu over optimistic.
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi/Foto: Grandyos Zafna

5. Daya Beli Masyarakat Mulai Tertekan

Dengan kontribusi 52,62% dan pertumbuhan 5,06% pada kuartal III-2023, konsumsi masyarakat masih tumbuh tinggi. Meski demikian, tekanan mulai terjadi mengingat konsumsi masyarakat pada kuartal II-2023 masih bisa tumbuh 5,22% (yoy) dan kuartal III-2022 sebesar 5,39% (yoy).

Apabila dilihat lebih mendalam lagi tekanan terjadi pada makanan, minuman selain restoran, kemudian pakaian, alas kaki dan jasa perawatan, serta perumahan dan perlengkapan rumah tangga yang pertumbuhannya jauh di bawah 5% (yoy). Tekanan daya beli terjadi karena inflasi hampir terjadi di semua wilayah. Data BPS Oktober 2023 menunjukkan 69 kota mengalami inflasi dan hanya 21 kota mengalami deflasi.

Pelemahan daya beli juga disumbang komponen harga diatur pemerintah yang mengalami inflasi 0,46% dengan andil inflasi 0,09%. Penyumbang utama inflasi tersebut adalah komoditas bensin, tarif angkutan udara, dan tarif air minum PAM.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara komponen harga bergejolak mengalami inflasi 0,21% dengan andil inflasi 0,03%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah beras, cabai rawit, cabai merah, jeruk, dan sawi hijau (BPS, Oktober 2023).

6. Perlambatan Penurunan Pengangguran

Tingkat pengangguran di Indonesia mengalami penurunan dari 5,86% (Agustus 2022) menjadi 5,32% (Agustus 2023) atau menurun 0,54 poin. Penurunan pengangguran ini patut diapresiasi, meski demikian penurunan tersebut melambat dari periode Agustus 2021 ke Agustus 2022 yang menurun sebesar 0.63 poin.

ADVERTISEMENT

Meski kondisi ekonomi membaik dibanding pandemi, namun level pengangguran saat ini belum kembali ke kondisi sebelum pandemi di mana pada Agustus 2019, tingkat pengangguran 5,23%.

Ini karena penyerapan tenaga kerja formal yang masih terbatas seiring pembukaan lapangan pekerjaan formal yang juga masih tertahan. Pada Agustus 2023, pekerja formal mencapai 40,89% sementara sisanya (59,11%) merupakan pekerja informal.

Patut pula diperhatikan bahwa pengangguran 'elite' semakin tinggi di mana tingkat pendidikan diploma I, II dan III semakin meningkat dari Agustus 2022 yang sebesar 4,59% menjadi 4,79% (Agustus 2023), dan pendidikan diploma IV, S1, S2, S3 dari 4,80% menjadi 5,18%.

7. Industri Membaik namun Perlu Waspada PHK

Kinerja industri secara umum membaik di mana pertumbuhan sektor ini tumbuh 5,20% pada kuartal III-2023, lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu 4,83%. Perbaikan ini ditopang oleh perbaikan industri tembakau, industri kayu maupun industri kimia farmasi dan obat tradisional.

Meskipun secara umum industri mengalami perbaikan namun menyisakan beberapa industri yang tertekan oleh pelemahan pasar ekspor maupun pasar domestik sejak Januari 2023. Dalam tiga triwulan berturut-turut pertumbuhannya negatif, termasuk kuartal III-2023 yakni industri tekstil dan pakaian jadi (-2,72%), industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (-2,96%), industri karet, barang dari karet dan plastik (-4,34%) dan industri furnitur (-2,59%). Mengingat beban berat sektor-sektor tersebut dalam enam bulan terakhir maka perlu waspada dampaknya terhadap efisiensi produksi dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Rekomendasi Indef:


1. Pertahankan Daya Beli Masyarakat

Pertahankan daya beli masyarakat dengan memanfaatkan momentum Natal dan tahun baru serta tidak naiknya harga BBM subsidi. Bantuan sosial perlu dilakukan reformasi total agar jumlah penerima dikurangi dengan data terbaru dan menambah belanja sosial untuk 10% masyarakat terbawah.

Belanja Pemilu juga perlu dioptimalkan untuk mendorong konsumsi masyarakat meningkat maupun sektor-sektor terkait (industri makanan dan minuman, industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman, sektor transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum serta informasi dan komunikasi) semakin baik.

2. Optimalkan Belanja Pemerintah

Optimalkan belanja Pemerintah pada bulan-bulan terakhir dengan mempercepat belanja modal, bahkan kalau perlu di atas 100% mengingat anggaran masih sangat memadai. Selesaikan prioritas-prioritas infrastruktur nasional yang masih tertunda.

3. Tingkatkan Ekspor Pasar Tradisional ke Negara Lain

Meningkatkan pasar tradisional ekspor pada mitra dagang utama yang tetap tinggi. Penurunan pasar China, Jepang, dan AS perlu dibarengi dengan upaya peningkatan ekspor di negara India, Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, Taiwan dan Thailand.

Indef mengatakan hal ini perlu insentif dan pencegahan PHK industri yang terpengaruh dari pelemahan ekspor yakni industri tekstil dan pakaian jadi, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, industri karet, barang dari karet dan plastik dan industri furnitur.


(ara/ara)

Hide Ads