Serangan Israel di Gaza Disebut-sebut demi Bangun Proyek Impian Ini

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Rabu, 15 Nov 2023 12:30 WIB
Foto: REUTERS/Ronen Zvulun
Jakarta -

Pertempuran Israel melawan Hamas di jalur Gaza kian memanas hingga saat ini. Setidaknya sudah ada belasan ribu korban jiwa akibat perang kedua kubu tersebut.

Dalam catatan detikcom yang melansir dari AFP, hingga Senin (13/11) kemarin pemerintah Hamas di Jalur Gaza menyampaikan total korban tewas akibat serangan militer Israel kian meningkat jadi 11.800 orang. Kantor media pemerintah mengatakan korban tewas termasuk 4.609 anak-anak dan 3.100 perempuan, sementara 28.200 orang lainnya terluka.

Meski sudah menewaskan banyak korban jiwa, hingga saat ini tentara Israel terus melakukan gempuran di Jalur Gaza dengan alasan 'menumpas' pasukan Hamas dan menjaga perdamaian di kawasan itu.

Namun berdasarkan informasi dari Turkiye Newspaper, Rabu (15/11/2023), aksi serangan militer Israel di jalur Gaza ini dinilai memiliki tujuan lain yakni untuk mewujudkan proyek Terusan Ben Gurion. Disebutkan proyek ini dapat menciptakan jalur baru bagi energi dan perdagangan global.

Perlu diketahui, Terusan Ben Gurion merupakan proyek jalur air yang menghubungkan Israel langsung ke Laut Merah. Dalam prosesnya proyek ini perlu melintasi Jalur Gaza yang saat ini ingin dikuasai Israel.

Dalam lingkup rencana tersebut, Israel bertujuan untuk semakin memojokkan Mesir dengan menghilangkan Terusan Suez dari koridor perdagangan dan energi global serta menjadi pusat perdagangan global dan logistik energi.

Para ahli berpendapat bila situasi ini dapat mengguncang keseimbangan energi strategis Proyek Sabuk Sutera Tiongkok dengan Mediterania, serta Selat Hormuz, yang merupakan titik transfer 30% energi dunia. Bila terjadi kondisi ini dinilai dapat memicu krisis global dan perang berkelanjutan.

Pakar politik Palestina Dr. Sami al-Aryan mengatakan bahwa proyek Ben Gurion sama tuanya dengan sejarah rezim pendudukan Israel di Palestina. Dia juga menekankan pentingnya kanal ini secara militer, ekonomi, energi, dan strategis negara itu.

"Jalur Ben Gurion juga akan memperpendek rute (pengiriman) melalui Afrika selama tiga minggu. Hal ini akan berdampak besar pada rute global dan pasti akan memberikan dampak yang semakin besar dalam ketegangan regional dan memicu perang," katanya.

Menurut al-Aryan, perkembangan tersebut mempunyai implikasi langsung terhadap Laut Aegea dan Mediterania, sehingga memerlukan kerja sama antara Mesir dan Türkiye.

Sementara itu menurut Business Insider, wacana pembangunan megaproyek ini merupakan inisiasi bersama antara Israel dan sekutunya Amerika Serikat. Rencana pembangunan Terusan Ben Gurion sudah muncul sejak tahun 1960-an, saat negara Israel baru terbentuk.

Menurut sebuah memorandum rahasia antara Amerika dengan Israel tahun 1963 (dideklasifikasi atau dicabut status kerahasiaannya pada tahun 1996), pada awalnya proyek tersebut akan dibangun dengan menggunakan 520 bom nuklir. Dengan begitu pemerintah kedua negara dapat membangun jalur air tersebut dengan lebih cepat dan efisien.

Namun pasca-perdamaian antara Mesir dan Israel, rencana pembangunan kanal di Gurun Negev tersebut seolah tenggelam dan tidak pernah dibahas lagi. Sayang Wacana pembangunan kanal baru mengemuka kembali setelah adanya insiden kapal kargo raksasa yang terjebak di Terusan Suez yang membuat arus kapal terganggu selama beberapa pekan.

Terlebih lagi saat ini Israel terus mengerahkan pasukannya untuk menduduki Gaza yang membuat banyak pihak beranggapan bila proyek ini ingin dihidupkan kembali.

Simak juga Video: Hujan Guyur Palestina saat Krisis Air Melanda gegara Blokade Israel






(fdl/fdl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork