Konflik dengan Hamas Masih Lanjut, Israel Tambah Utang Rp 15,2 T

Konflik dengan Hamas Masih Lanjut, Israel Tambah Utang Rp 15,2 T

Retno Ayuningrum - detikFinance
Kamis, 16 Nov 2023 11:31 WIB
Pawai Bendera Israel digelar di Yerusalem, Minggu (29/5). Pawai itu merupakan bagian dari peringatan tahunan yang menandai pendudukan timur Yerusalem pada 1967.
Pawai Bendera Israel digelar di Yerusalem, Minggu (29/5)/Foto: Reuters
Jakarta -

Konflik antara Israel dan Hamas masih berlangsung. Akibatnya, utang Israel terus membengkak. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Israel mengumumkan utang negara tersebut telah mencapai 30 miliar shekel atau Rp 123 triliun sejak dimulainya perang dengan Hamas.

Lebih dari setengahnya atau 16 miliar shekel merupakan utang dalam mata uang dolar AS melalui penerbitan di pasar internasional. Kemudian pada Senin (13/11), Kemenkeu Israel kembali menarik utang 3,7 miliar shekel atau Rp 15,2 triliun melalui lelang obligasi mingguannya di pasar lokal.

"Kemampuan pendanaan negara Israel memungkinkan pemerintah untuk membiayai seluruh kebutuhannya secara penuh dan optimal," kata Divisi Akuntan Jenderal Kementerian Israel dikutip dari Reuters, Kamis (16/11/2023)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Konflik yang dimulai pada 7 Oktober lalu itu membuat pengeluaran Israel meningkat tajam. Dana itu digunakan untuk membiayai kebutuhan militer, memberikan kompensasi kepada keluarga korban dan bisnis dekat perbatasan hingga sandera yang disandera oleh Hamas. Pada saat yang sama, penerimaan pajak juga melambat.

Sebab itu, negara tersebut mengalami defisit anggaran 22,9 miliar shekel pada Oktober. Jumlah ini melonjak dari bulan sebelumnya, sebanyak US$ 4,6 miliar sekaligus meningkatkan defisit pada tahun sebelumnya menjadi 2,6%.

ADVERTISEMENT

Meski begitu, Kemenkeu Israel tersebut terus berkomitmen untuk mendanai operasional pemerintah, termasuk kebutuhan yang timbul akibat perang dan bantuan ekonomi ke warga lokal.

Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berjanji akan menyediakan kebijakan untuk membantu mereka yang terkena dampak perang. Para ekonom meyakini kebijakan tersebut akan meningkatkan defisit dan rasio utang terhadap PDB secara tajam hingga 2024.

Namun, Gubernur Bank of Israel Amir Yaron mengatakan pemerintah perlu menyeimbangkan antara mendukung perekonomian dan mempertahankan posisi fiskal yang sehat. Di sisi lain, Lembaga Pemeringkat Kredit telah memperingatkan bahwa mereka dapat menurunkan peringkat Israel jika utang memburuk.

Simak juga Video: Mengenal RS Al-Shifa yang Jadi Target Pertempuran Israel-Hamas

[Gambas:Video 20detik]



(ara/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads