Top! Knalpot Asal Purbalingga Tembus Pasar Malaysia-Brunei Darussalam

Jelajah Desa BRILiaN

Top! Knalpot Asal Purbalingga Tembus Pasar Malaysia-Brunei Darussalam

Akfa Nasrulhak - detikFinance
Jumat, 17 Nov 2023 11:00 WIB
Top! Knalpot Asal Purbalingga Tembus Pasar Malaysia-Brunei Darussalam
Foto: Tripa Ramadhan/detikcom
Purbalingga -

Sejak dulu, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah memang dikenal memiliki potensi yang besar dalam industri knalpot. Bahkan, kota tempat kelahiran Jenderal Sudirman itu punya julukan sebagai Kota Knalpot.

Sebagai Kota Knalpot, terdapat pula patung orang yang sedang membuat knalpot berukuran besar di persimpangan Jalan D.I. Panjaitan, Jalan Padamara, dan Jalan A.W. Sumarmo. Patung ini sebagai ikon karena banyak warga Purbalingga yang menggantungkan mata pencarian dari knalpot.

Salah satu industri yang memproduksi knalpot di Purbalingga adalah Alpino. Dalam perkembangannya, saat ini, pemasaran knalpot Alpino bahkan sudah menembus pasar internasional seperti Malaysia hingga Brunei Darussalam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Admin Keuangan Alpino, Bima Mahardika menjelaskan pada tahun 2010, pihaknya merintis produksi knalpot dengan karyawan yamg hanya berjumlah 3-4 orang. Saat ini usaha yang dimiliki Wily Dhani tersebut telah berkembang pesat hingga memiliki omzet ratusan juta rupiah per bulannya.

Dengan mempekerjakan 26 orang karyawan, dalam sehari Alpino bisa memproduksi lebih dari 100 klnalpot. Kisaran harga knalpot produksinya dijulai mulai Rp 400 ribu-Rp 800 ribu. Istimewanya, Alpino juga bisa mengerjakan knalpot costum sesuai desain yang diinginkan konsumen.

ADVERTISEMENT

"Biasanya kalau target (produksi) kita 2.500 knalpot per bulan biasanya di angka sekitar 2.200 sampai 2.300 knalpot. Kalau omzet Rp 300-Rp 400 juta per bulan," jelas Bima kepada detikcom belum lama ini.

Industri rumahan ini juga tidak pernah sepi dari suara pukulan alat-alat pembuat knalpot demi memenuhi pesanan yang terus mengalir. Produk knalpot buatan Alpino bisa dibilang merupakan hasil kerajinan tangan, sebab ada beberapa proses produksi yang menggunakan mesin, dan sisanya masih dikerjakan manual.

"Kalau di luar negeri kan produksinya udah full mesin, kalau di kita kan ada beberapa pakai mesin ada juga yang manual. Itu kalau secara nasional berani kita bersaing. Mungkin harga produk kita agak lebih murah, itu bukan berarti kualitasnya kurang, tapi karena kita produksi sendiri. Jadi otomatis harganya bisa lebih bersaing," ungkap Bima.

Meski begitu, produk hasil karya perajin Purbalingga ini sangat diminati oleh pasar. Keunggulannya terletak pada kualitas knalpot yang dihasilkan serta harga yang relatif murah jika dibandingkan dengan produk knalpot produksi pabrik-pabrik besar. Bima menyebutkan knalpot hasil produksi Alpino juga telah menempel di beragam produk otomotif ternama seperti Honda, Toyota, Mitsubishi, Daihatsu, Suzuki, Nissan, dan Mazda.

"Kalau (mobil) Eropa jarang, tapi pernah juga ngerjain BMW, Mercy. Kalau mobil Amerika paling dari Ford," jelas Bima.

Dalam memasarkan produk knalpot, Alpino juga mengandalkan marketplace seperti Shopee dan marketplace lainnya. Sebelumnya, knalpot Alpino hanya dipasarkan secara langsung atau melalui media sosial seperti Facebook dan Kaskus.

"Penjualan kita sendiri secara online karena bisa dibilang untuk awal-awal pemasaran atau penjualan transaksi online kita yang mengawali. pada saat itu masih ada Kaskus, Facebook sampai akhirnya kita juga ada website walaupun website untuk sekadar menampilkan produk dan harga. Jadi transaksi gak di situ tetap lewat media lain, saat itu masih BBM era-era itu lah via telepon biasa kalau sekarang kan udah ada Whatsapp terus ada e-commerce kayak Shopee dan lain-lain," Beber Bima.

Melalui media pemasaran online tersebut, knalpot Alpino dikatakan Bima bisa merambah ke berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Ditambah lagi dengan dukungan para reseller dan cabang penjualan Alpino di wilayah Jakarta, Semarang, Pekanbaru, Kediri, Surabaya, Bandung, Lampung, Palembang hingga Jambi. Selain pasar lokal di Indonesia, Alpino juga bisa menembus ekspor lewat pemasaran online.

"Kalau ke luar negeri paling lewat e-commerce mas tetap ada media lain, jadi gak langsung pembeli hubungin ke kita, kita kirim langsung ke pembeli tanpa perantara lain, itu belum. Lewat e-commerce itu langsung ke usernya sih mas, masih Asia sini lah mas, Malaysia, Brunei," jelasnya.

Selain bisa memperluas pasar penjualan produk knalpot, Bima mengaku dimudahkan dengan adanya aplikasi BRImo dalam pencatatan transaksi. Sebagai admin keuangan, ia rutin memantau proses keluar masuk transaksi dengan konsumen melalui e-commerce.

"Nah di e-commerce itu kita pakai BRImo, untuk untuk pengecekan gitu-gitu transaksinya kita pakai BRIMO lebih enak. Jadi lebih praktis lewat e-commerce dan lebih aman kan mas, kalau kita pakai BRImo. Kalau enggak pakai itu kan susah juga, misal buat mutasi atau pengecekan ada transaksi gitu uang masuk. BRIMO udah bagus lah, membantu saya," tutup Bima.

detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah Desa BRILiaN yang mengulas potensi dan inovasi desa di Indonesia baik dari segi perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata serta dampaknya terhadap masyarakat lokal maupun nasional. Untuk mengetahui informasi program Desa BRILiaN lebih lanjut, ikuti terus informasinya hanya di jelajahdesabrilian.detik.com!

(akd/ega)

Hide Ads