UOB Gelar Konferensi Tahunan, Bahas Peluang Investasi di RI-ASEAN

UOB Gelar Konferensi Tahunan, Bahas Peluang Investasi di RI-ASEAN

Sukma Nur Fitriana - detikFinance
Jumat, 17 Nov 2023 20:57 WIB
Gedung UOB Jakarta
Foto: Ari Saputra

Buka Diskusi Kelanjutan Peluang Investasi Energi di Indonesia

Pada sesi 2 konferensi ini menghadirkan diskusi panel yang terbagi dalam beberapa sesi. Sesi pertama membawa tema 'Value to The Commodities Sector' yang menghadirkan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi, General Manager Great Wall Motor Thailand Michael Chong, dan Managing Director, Sector Solutions Group, Group Wholesale Banking UOB Bonar Silalahi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Yudo Dwinanda membeberkan saat ini pihaknya memastikan di masa depan, Indonesia akan menggunakan solar panel bertenaga matahari.

"Ke depannya kita perlu new energy yang affordable yang bisa kita dapatkan di sini. Kita fokuskan kepada energi nuklir, hidrogen dan amonia. Kita akan lakukan ke sana ke depan, di 2060 energi kita ke depannya akan ke solar dari matahari," kata Yudo.

ADVERTISEMENT

Ia memaparkan setidaknya ada tiga jenis energi baru yang akan difokuskan Indonesia ke depannya, yaitu energi nuklir, hidrogen, dan amonia. Meski energi baru, menurutnya energi ini juga harus bisa terjangkau, terutama dari sisi harga, bagi masyarakat.

Pada kesempatan yang sama General Manager Great Wall Motor Thailand Michael Chong mengungkap pihaknya sebagai pemain di pabrik mobil listrik dan baterai mobil listrik (EV) melihat ASEAN menjadi market yang sangat strategis. Apalagi demografi dan pasar ASEAN dinilai sangat menjanjikan.

"Kami memiliki investasi yang kuat di kawasan ASEAN. Untuk pengembangan bisnis, kami telah memasuki kawasan ASEAN pada 2020 dengan mengakuisisi salah satu pabrik di Thailand," jelasnya.

Lebih lanjut diskusi sesi 2 mengusung tema 'Unleashing the Digital Economy'. Diskusi ini menghadirkan Asisten Gubernur, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Dicky Kartikoyono, President of Financial Technology GoTo Hans Patuwo, Direktur Channels and Strategic Partnerships Google Cloud South East Asia Megawaty Khie, serta Managing Director and Head, Telecom, Media & Technology, Sector Solutions Group UOB Terence Koh sebagai pembicara.

Diskusi ini dibahas lebih lanjut mengenai urgensi adaptasi kemajuan digital dalam pemanfaatan perekonomian nasional. Contohnya adalah BI yang mencatat inovasi QRIS membantu kalangan UMKM yang lebih berdaya melakukan pemanfaatan teknologi berbasis digital.

Asisten Gubernur, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Dicky Kartikoyono, Dicky Kartikoyono mengungkapkan jumlah transaksi di kalangan UMKM hingga saat ini sebesar Rp 1 miliar. Jumlah tersebut mencapai 81% dari total keseluruhan transaksi QRIS.

"QRIS adalah instrumen yang menyediakan high frequency low value, maksudnya transaksi jumlahnya banyak, angka transaksinya banyak, 81% atau sekitar 1 miliar transaksi. Ini untuk UMKM," ungkapnya.

Menurut Dicky, menariknya kemudahan dan ragam fitur QRIS kini sudah bisa mendukung inklusi ekonomi dan keuangan digital serta konektivitas pembayaran antar negara. QRIS tercatat telah dijalankan di Thailand dan Malaysia. Ke depannya, QRIS juga akan mulai dapat digunakan di China, India dan Jepang.

QRIS bukan satu-satunya potensi digital besar di Indonesia. Faktanya, Indonesia juga merupakan salah satu pasar terbesar untuk Google Cloud. Lebih dari setengah pendapatan platform penyedia layanan cloud computing tersebut di Asia Tenggara, datang dari Indonesia.

"Jika dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, Thailand, digabungkan masih lebih kecil dari Indonesia," kata Megawaty Khie.

Ia menjelaskan permintaan atas layanan cloud di Indonesia makin besar seiring dengan peningkatan kepercayaan perusahaan dan individu atas keandalan dan keamanan data yang mereka simpan di cloud. Namun sayangnya, dalam penerapannya cloud masih terkendala perizinan dari pemerintah.

Hans Patuwo mengungkapkan peluang ekonomi digital Indonesia juga semakin meningkat karena adanya super app ojek online dan e-commerce. Salah satu contohnya perkembangan ekosistem GoTo, yang secara langsung dan tidak langsung berkontribusi 1- 2% terhadap produk domestik bruto Indonesia.

Hans memaparkan pada tahun 2022, GoTo didukung oleh 2,5 juta mitra pengemudi, 18 juta pedagang, dan 16 juta pengguna dan telah menciptakan arus ekonomi baru melalui digitalisasi.

"Satu pelajaran yang dapat dipetik adalah walaupun perkembangan transformasi digital sudah melaju pesat di Indonesia, jika dibandingkan dengan negara lain dengan penetrasi digital yang sudah tinggi seperti China, kita (Indonesia) masih harus menempuh jalan yang panjang. Untuk itu, saya percaya transformasi digital di Indonesia bisa lebih berkembang lagi," kata Hans Patuwo

Untuk informasi lebih lanjut mengenai pembahasan strategi guna meningkatkan nilai tambah perekonomian nasional, yuk saksikan kembali UOB Gateway to ASEAN Conference 2023 di sini.


(anl/ega)

Hide Ads