Pelaku UMKM Wajib Tahu! Ini 5 Tips Biar Bisnis Makin Moncer

Pelaku UMKM Wajib Tahu! Ini 5 Tips Biar Bisnis Makin Moncer

Samuel Gading - detikFinance
Kamis, 23 Nov 2023 13:42 WIB
Ilustrasi THR
Ilustrasi/Foto: Muhammad Ridho
Jakarta -

Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) perlu meniti beberapa anak tangga untuk bisa menjadi besar. Ada berbagai pengetahuan dan kemampuan yang harus dikuasai pelaku UMKM untuk bisa bertahan di sektor tersebut. Apa saja?

Dalam agenda Talkshow Inspiratif Pengusaha Sukses #UntungAdaFintechP2P di Rumi & Co, Jakarta Selatan, perencana keuangan bersertifikat dan Founder Daya Uang, Lolita Setyawati mengatakan pelaku UMKM harus menguasai banyak hal untuk bisa bertahan di industri tersebut.

"Mulai dari perencanaan keuangan yang baik, rencana bisnis, serta mencari permodalan. Berbagai hal ini harus dipahami agar bisa bertumbuh berkembang," ucap Lolita, Kamis (23/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tips pertama, pelaku UMKM harus memisahkan rekening pribadi dan rekening usaha untuk mengatur arus kas atau cash flow. Jika salah satu 'kantong' tidak sehat, kantong yang lain tentu akan terpengaruh.

Oleh sebab itu, dalam tahap ini, ia menyarankan agar pelaku UMKM menggunakan sistem penggajian untuk diri sendiri. Hitungan gaji bisa dilakukan dengan persentase profit usaha atau kebutuhan bulanan pelaku usaha.

ADVERTISEMENT

"Sebagai owner kita menggaji diri kita sendiri buat mengatur cash flow-nya," sambungnya.

Tips kedua, punya dana darurat. Lolita mengatakan pandemi COVID-19 menjadi pil pahit bagi pelaku UMKM. Mereka yang punya dana darurat bisa bertahan, namun mereka yang tidak mempunyai dana darurat sangat terdampak kelesuan ekonomi.

Lolita menjelaskan, jumlah dana darurat bisa 6-12 kali pengeluaran per bulan. Contohnya, jika kebutuhan per bulan Rp 7 juta, maka pelaku UMKM seminimalnya mempunyai dana darurat Rp 42 juta. Selain itu, ia mengatakan pelaku UMKM diharapkan memiliki dana cadangan setidaknya tiga kali biaya operasional per bulan untuk menunjang usaha.

"Kalau dana darurat bisa lebih maka lebih baik. Tapi kalau kebanyakan juga nggak baik karena ada dana idle (menganggur) di rekening. Buat pelaku usaha juga dana cadangan juga diperlukan untuk menjaga berbagai hal yang bisa ber-impact terhadap usaha kita. Jangan sampai omzetnya tidak cukup untuk menggaji karyawan," bebernya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Tips ketiga adalah asuransi. Ia mengakui hal ini terkadang menjadi momok karena masyarakat banyak yang skeptis terhadap asuransi. Namun, Lolita mengatakan asuransi yang dimaksud bukan yang bersifat investasi, tapi yang bisa dipakai buat menjaga risiko usaha maupun pribadi. Jika sudah memiliki anggaran lebih, pelaku UMKM bisa mendaftar asuransi kerugian untuk tempat usaha.

Tips keempat adalah disiplin mencatat laporan keuangan. Ia melihat masih banyak pelaku UMKM yang belum melakukan hal ini, padahal ini diperlukan untuk memantau kinerja usaha. Pencatatan bisa dimulai dengan menuliskan laporan penjualan, laporan pembelian, laba, sampai rugi.

Ketika semua sudah hal ini dilakukan, pelaku UMKM juga bisa membuat neraca akuntansi bisnis untuk melihat posisi keuangan perusahaan. Selain itu, laporan keuangan pun berfungsi untuk mencegah fraud atau penggelapan.

"Misalnya ada karyawan yang ambil dana, itu bisa terdeteksi. Termasuk stok barang juga, stoknya berkurang tapi tidak sepadan omzet, ini bisa dicek dan dilihat bukti-buktinya. Nanti ketahuan siapa yang melakukan fraud," jelasnya.

Adapun tips terakhir adalah soal permodalan. Saat ini, ia menjelaskan ada beberapa alternatif modal yang bisa dipakai pengusaha untuk menjalankan bisnis, di antaranya uang pribadi, kolaborasi dengan investor, bank, maupun fintech P2P lending atau pinjaman online.

Khusus poin terakhir, ia menjelaskan tidak semua pelaku UMKM mempunyai kemampuan untuk mengambil pinjaman di bank. Fintech P2P lending bisa menjadi solusi sebab syarat pinjaman di aplikasi tersebut tidak sesulit di bank. Namun, ia menghimbau agar memastikan bahwa Fintech P2P bukan pinjaman online ilegal tapi yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.

"Pinjaman di Fintech P2P bisa dilakukan sebagai pinjaman produktif untuk memutar modal, bukan untuk pinjaman konsumtif. Laporan keuangan yang rapi pun menjadi kunci agar UMKM bisa memudahkan mendapatkan tambahan modal," pungkasnya.


Hide Ads