Kampung nelayan memiliki citra yang buruk di benak masyarakat selama ini. Kumuh, kotor, bau, dan erat dengan kemiskinan, seakan menjadi cap yang melekat di kampung nelayan.
Paradigma miring itulah yang coba disingkirkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono berniat menjadikan kampung nelayan di Indonesia seperti di Norwegia dan Spanyol.
Misi utamanya adalah kampung nelayan harus diubah menjadi lebih tertata dan bersih. Sehingga, orang-orang nyaman menghabiskan waktu di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, kampung nelayan yang tertata dengan dilengkapi peralatan modern diharapkan dapat memacu perekonomian masyarakat yang selama ini mengandalkan hasil laut.
"Di luar negeri, Norway, di Spanyol jadi kalau kampung nelayan orang itu kalau bule-bule dia dasaran ada ikan-ikan dibakar, ada tenda-tenda, makan di situ, ngobrol ngopi, bersih nggak bau ikan," kata Sakti di Kampung Nelayan Modern Desa Samber-Binyeri, Kabupaten Biak Numfor, Papua, Rabu (22/11/2023).
Pembangunan kampung nelayan modern di Desa Samber-Binyeri, Kabupaten Biak Numfor, Papua diharapkan menjadi sebuah solusi dan bisa dikembangkan di wilayah lain. Di kampung nelayan modern, produksi ikan ditata sedemikian rapi dan menghilangkan kesan kumuh.
KKP membangun sejumlah fasilitas seperti dermaga tambatan kapal, pabrik es, sentra kuliner, cold storage, shelter pendaratan ikan, kios perbekalan, dan lain-lain. Tak cuma itu, fasilitas pendukung juga disiapkan mencakup balai pelatihan, instalasi air bersih, drainase, penerangan jalan, instalasi pengelolaan air limbah hingga kantor pengelola.
![]() |
Adapun anggaran yang digelontorkan KKP untuk membangun kampung nelayan modern ini sekitar Rp 22 miliar. Anggaran itu berasal dari APBN dengan mengintegrasikan anggaran dari berbagai Direktorat Jenderal di KKP. Sakti mengatakan, kampung nelayan modern ke depan akan semakin banyak di Indonesia timur.
"Nah model seperti ini di Indonesia timur akan banyak karena sudah 78 tahun ya kira-kira sektor nelayan itu yang namanya kampung nelayan ini kan kalau kalian pergi kan kumuh, jorok," katanya.
Sakti menambahkan, ada standar tertentu yang diterapkan untuk membangun kampung nelayan modern. Ia menyebut, 80% masyarakatnya memiliki mata pencaharian yang mengandalkan hasil laut. Setelah kampung nelayan modern ini dibangun, kata dia, maka produktivitas serta dampaknya terhadap masyarakat akan dihitung.
"Lalu kemudian nanti kita akan hitung productivity mereka selama ini berapa. Kemudian dalam kurun beberapa tahun kita akan uji setelah kita lihat seluruh fasilitas kita lengkapi nanti dampak ekonomi seperti apa," ujarnya.
Lebih lanjut, kehadiran kampung nelayan modern ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan usaha yang mandiri serta berkelanjutan. Pembangunan kampung nelayan modern ini sebagai bagian dari pembangunan negara maritim.
"Program kampung nelayan modern ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan usaha yang mandiri dan berkelanjutan untuk mewujudkan masyarakat nelayan yang sejahtera. Ini juga bagian dari implementasi visi Bapak Presiden dalam mengentaskan kemiskinan khususnya kampung nelayan yang juga sebagai bagian dari pembangunan negara maritim," ujarnya.
Diresmikan Jokowi
Kampung nelayan modern di Desa Samber-Binyeri, Kabupaten Biak Numfor, Papua diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis (23/11/2023). Dalam peresmian tersebut, Jokowi mengingatkan agar kampung nelayan modern ini benar-benar dijaga, sebab membangun lebih mudah dibanding merawatnya.
"Hari ini kita akan meresmikan kampung nelayan modern, tadi saya sudah dibisiki Pak Menteri KKP pembenahan kampung ini terintegrasi komplit, ada cold storage, ada pabrik es, ada bengkel nelayan, ada tempat wisatanya tapi sekali saya ingatkan membangun lebih mudah merawat dan memelihara yang biasanya kita gagal," kata Jokowi dalam peresmian.
Mantan Wali Kota Solo itu kemudian mengatakan, banyak cold storage yang sudah dibangun tapi berhenti karena tidak bisa bayar listrik. Kemudian, sudah dibangun dengan bagus tapi tata kelolanya tidak baik. Oleh karena itu, Jokowi meminta adanya manajemen yang baik serta pendampingan terhadap nelayan.
"Persiapan untuk manajemen yang baik, persiapan untuk nelayan bisa memanfaatkan sebaik-baiknya, sebuah lokasi yang bagus seperti ini jangan sampai kita gagal lagi. Dampingi para nelayan, baik hal teknis, maupun manajerial, manajemen, sangat-sangat penting sekali," ungkapnya.
![]() |
Meski begitu, Jokowi meyakini kampung nelayan modern yang ia resmikan ini akan berjalan dengan baik. Kapasitas fasilitas kampung nelayan modern yang kecil dibangun sesuai dengan kebutuhannya. Dia mengatakan, harga es dari fasilitas kampung nelayan modern juga lebih murah dari biasanya.
"Yang biasa sekilo Rp 1.600 sekarang Rp 800 ini bisa jalan artinya koperasinya bisa jalan, nelayannya juga dapat harga jauh lebih murah dari sebelumnya. Separuhnya," kata Jokowi.
Di sisi lain, koperasi yang mengelola kampung nelayan modern ini juga bakal hidup karena memiliki pendapatan. Sebab, nelayan mengeluarkan ongkos yang relatif lebih kecil dibanding sebelumnya.
"Kalau yang seperti ini akan berjalan karena nelayan membutuhkan dengan harga yang lebih murah. Tapi koperasi juga dapat income sehingga pemeliharaan mesin-mesin bisa berjalan," ujar Jokowi.
Nelayan Semringah
Kepala Desa Binyeri yang juga nelayan, Yacob Binwasef mengaku senang bukan main atas pembangunan kampung nelayan modern ini. Baginya, berbagai fasilitas yang disediakan pemerintah merupakan aset yang megah.
"Kami mau katakan dengan Bapak Presiden dan Menteri Kelautan Perikanan yang memberi kami aset-aset megah yang kami dari Papua tidak menduga-duga dapatkan bantuan yang megah seperti ini dan diresmikan oleh kepala negara," katanya.
Menurutnya, aset-aset tersebut penting bagi nelayan. Selama ini, kata dia, hasil ikan tangkapan nelayan mendapat kualitas grade B atau kualitas nomor dua. Hal itu terjadi karena ikan-ikan tangkapan ditempatkan atau disimpan dengan mengandalkan es produksi sendiri.
"Sehingga tidak dapat bertahan 24 jam hanya setengah hari karena Indonesia Timur dalam posisi iklim tropis panas," katanya.
![]() |
Adapun ikan yang paling banyak ditangkap oleh masyarakat Desa Binyeri adalah ikan tuna. Dalam sehari, nelayan bisa mendapatkan 1 ton ikan hanya menggunakan perahu yang ukurannya tidak besar.
Dia melanjutkan, jika hanya mengandalkan es produksi sendiri, maka ikan tidak awet dan tidak layak konsumsi. "Kami bisa lihat dari insang, misal insang sudah putih tidak bisa dijual, kami takut ikan dijual dan kalau dikonsumsi sampai alergi dan segala macam," ungkapnya.
Yacob mengatakan, pabrik es dan cold storage merupakan fasilitas yang ia perjuangkan selama ini. Selain menghindari pembusukan lebih cepat, adanya fasilitas itu diharapkan dapat mempertahankan kualitas ikan sehingga layak ekspor.
"Harapan kami itu ya seperti itu, bisa ekspor. Seperti kami saudara-saudara kami di Indonesia Tengah dan Barat," ujarnya.
Di samping itu, Yacob mengatakan, koperasi yang telah dibentuk memberikan pasar yang lebih jelas. Biasanya, setelah mendapatkan hasil dari melaut, nelayan langsung menjualnya ke pasar. Langkah tersebut diambil agar ikan yang dijual tidak rusak. Itu pun untung-untungan.
Dengan adanya fasilitas dan dikelola koperasi maka penjualan ikan akan terkoordinasi dengan baik. Ikan-ikan nelayan nantinya akan ditampung koperasi untuk selanjutnya dijual. Artinya, ke depan nelayan cukup fokus menangkap ikan saja.
"Ya benar, akhirnya koperasi kami ini sebagai koperasi produsen. Hasil tangkapan kami jual ke koperasi nanti koperasi yang jual," jelas Yacob.
(acd/das)