Brand lokal atau local champion industri kreatif menunjukkan spirit dan optimismenya di perhelatan akbar bertajuk Cerita Nusantara. Para brand, khususnya di bidang fesyen, menunjukkan semangatnya untuk membidik pasar global (global market) mengingat sudah banyak sarana dan platform yang menaungi eksistensi brand-brand lokal tersebut.
"Kita selalu berkaca pada Korea Selatan, di mana apapun yang mereka buat bisa masuk pasar global," kata Founder of Brightspot Market Anton Wirjono dalam keterangan tertulis.
Dalam talkshow di sela-sela gelaran Cerita Nusantara yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (28/11), Anton bercerita sudah 14 tahun dirinya membangun ekosistem bisnis untuk pengembangan brand-brand lokal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mengawali itu dari festival musik yang kemudian dipadukan dengan festival fesyen. Itu terinspirasi dari pasar rakyat atau pasar kaget yang banyak digelar di tengah masyarakat Indonesia," ungkapnya.
Ia mengaku saat awal membuat festival, acara itu hanya dihadiri 5.000-an orang saja. Namun, tahun ini gelaran serupa mampu disesaki 177 ribu orang penonton.
"Kita sudah membangun ekosistem untuk seribuan brand lokal," ujarnya.
Menurutnya, Brightspot Market adalah panggung yang tepat untuk menghadirkan contoh nyata orang-orang yang berhasil dan berani menjalani hidup sesuai pilihan mereka. Dari pengalamannya selama 14 tahun itu, Anton menyebutkan brand-brand lokal yang mampu menembus pasar global adalah produk yang memiliki kekhasan tersendiri (budaya Indonesia), unik, baru, dan berbeda dengan produk sejenis.
"Tentunya, dengan kualitas produk yang level tinggi," ucap Anton.
Anton mengatakan Brightspot tak hanya ketat dalam kurasi produk, namun turut membangun model bisnis brand, termasuk akses ke sektor pembiayaan.
"Apakah harus masuk ke pasar global, itu kembali tergantung pada masing-masing brand dan desainernya. Mereka punya strategi masing-masing," kata Anton.
Menurut Anton, banyak brand lokal justru lebih yakin untuk mengembangkan potensi pasar lokal yang terbilang sangat besar, yakni 270 juta penduduk Indonesia.
"Tapi, memang, ada beberapa brand T-Shirt lokal yang sudah masuk pasar lokal. Ini langkah luar biasa," ujarnya.
![]() |
Sementara itu, Creative Director Jakarta Fashion Week (JFW) Andandika Surasetja sepakat kualitas produk dari brand-brand lokal tidak kalah dengan buatan luar negeri.
"Di JFW, ada tingkatan kurasi bagi produk brand lokal sebelum tampil. Kita lihat seberapa kuat mereka memiliki potensi bisnis dan unsur sustain," kata Andandika.
Bagi Andandika, hanya brand-brand lokal yang dikembangkan secara konseptual yang biasanya terdorong untuk masuk pasar global. Sebab sebagian lainnya justru lebih memilih untuk fokus menggarap pasar lokal saja.
"Bagi brand yang konseptual, mereka butuh pasar yang lebih luas lagi hingga menembus pasar global. Selama ini, pengembangan brand-brand seperti ini hanya ada di kota-kota besar," tukas Anton.
Menurut Andandika, untuk menembus pasar global brand lokal harus memiliki ekosistem bisnis yang bagus dan saling mendukung antar ekosistem.
"Di JFW hal itu sudah terajut dengan baik. Namun, upaya seperti harus terus berkelanjutan," ujar Andandika.
Selain itu, kata Andandika, brand-brand harus banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, untuk menembus pasar global.
"Pasalnya, brand-brand lokal masih terkendala masalah, yaitu kapasitas produksi dan pembiayaan," pungkasnya.
(Content Promotion/Kemenkop UKM)