Forbes Rilis Daftar Miliarder Paling Dermawan di Asia, Ada 2 Orang Indonesia

Forbes Rilis Daftar Miliarder Paling Dermawan di Asia, Ada 2 Orang Indonesia

Retno Ayuningrum - detikFinance
Sabtu, 02 Des 2023 11:30 WIB
ilustrasi orang kaya
Foto: Getty Images/acilo
Jakarta - Setiap tahunnya, Forbes merilis daftar pahlawan filantropi atau orang yang hobi berdonasi atau memberikan sumbangan. Forbes merangkum dalam sebuah laporan yang berjudul Asia's 2023 Heroes of Philanthropy.

Dalam edisi ke-17 ini, setidaknya ada lima belas nama pegiat filantropi yang bermurah hati untuk berdonasi di Asia Pasifik. Melansir dari Forbes Sabtu (2/12/2023) daftar tanpa peringkat ini menyoroti para miliarder yang memberikan kekayaan mereka sendiri untuk tujuan pilihan mereka.

Daftar ini tidak termasuk filantropi perusahaan, kecuali perusahaan tersebut milik sendiri. Berikut ini para miliarder di dunia yang rajin berdonasi:

Andrew dan Nicola Forrest

Pada bulan Juni, pasangan suami istri asal Australia Andrew dan Nicola Forrest menyumbangkan hampir 20% kepemilikan saham mereka atau senilai A$ 5 miliar (US$ 3,3 miliar) kepada cabang yayasan milik mereka, Minderoo Foundation. Jumlah tersebut menjadi donasi terbesar dalam sejarah Australia sekaligus meningkatkan dana abadi Minderoo menjadi A$ 7,6 miliar.

Yayasan ini berfokus pada meningkatkan pendidikan anak-anak, mengakhiri perbudakan, dan mencapai kesetaraan pekerjaan bagi penduduk asli Australia. Minderoo juga memberikan bantuan kemanusiaan sebesar A$ 10 juta pada warga sipil yang terkena konflik di Gaza pada Oktober lalu.

Takemitsu Takizaki

Pengusaha asal Jepang, Takemitsu Takizaki memberikan 7,45 juta saham atau senilai 390 miliar yuan kepada Keyence Foundation tahun lalu. Dana tersebut digunakan untuk membiayai mahasiswa kurang mampu secara finansial.

Didirikan pada tahun 2018, yayasan ini memberikan dana 100 ribu yuan kepada mahasiswa sarjana Jepang dan asing selama empat tahun. Setiap tahunnya, yayasan ini menerima sekitar 600 calon mahasiswa berdasarkan prestasi akademik dan kemampuan finansial.

He Xiangjian

Pendiri perusahaan pembuatan peralatan rumah tangga Midea Group akan menyumbangkan sebanyak 3 miliar yuan atau senilai US$ 410 juta untuk mendukung penelitian ilmiah di China. Pria berusia delapan puluh tahun ini mempunyai sejarah panjang dalam kegiatan filantropi.

Pada tahun 2013, dia mendirikan yayasan swasta untuk mendukung pendidikan, perawatan lansia, dan mengentaskan kemiskinan. Tahun 2017, dia menyumbangkan uang tunai dan 100 juta saham Midea Group yang memiliki nilai pasar sebesar 4,3 miliar yuan.

Vikrom Kromadit

Pendiri perusahaan Amata Corporation asal Thailand Vikrom Kromadit menulis surat wasiat yang berisi akan menyumbangkan 99% asetnya dalam rangka hari ulang tahunnya yang ke-70. Diperkirakan jumlah asetnya bernilai miliaran baht, termasuk 7,5 miliar baht saham perusahaan Amata.

Sebelumnya, dia pernah menyumbang lebih dari 2 miliar baht kepada yayasan yang didirikannya pada tahun 1996. Yayasan ini memberikan program beasiswa berdasarkan akademis untuk program menengah dan perguruan tinggi kepada siswa dari keluarga berpenghasilan rendah.

KP. Singh

Ketua pengembang real estat asal India, KP Singh menjual sisa saham di pengembang properti untuk membiayai kegiatan dermawannya. Menurut situs perusahaan DLF, dia mengumpulkan 7,3 miliar Rupee atau setara US$ 89 juta dari pelepasan 0,59% kepemilikan sahamnya di DLF.

Low Tuck Kwong

Miliarder asal Indonesia, Low Tuck Kwong pada bulan Februari memberikan S$ 101 juta atau senilai US$ 73 juta (Rp 1,13 triliun) kepada Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di Universitas Nasional Singapura. Jumlah tersebut menjadi donasi terbesar yang pernah diberikan Tuck Kwong kepada institusi tersebut.

Donasi tersebut nantinya digunakan untuk membiayai program kepemimpinan dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik. Yayasan ini berdiri sejak tahun lalu dan berfokus pada pendidikan, perawatan kesehatan, penelitian medis, serta kesejahteraan masyarakat dan sosial.

Low merupakan pendiri perusahaan pertambangan batubara Bayan Resources yang terdaftar di Indonesia. Dia mempunyai kekayaan bersih sebesar US$ 27,2 miliar. Pada tahun 2021, menyumbang sebesar Rp 50 miliar sebagai beasiswa untuk Universitas Indonesia.

Kwek Leng Beng

Kwek Leng Beng bersama perusahaan real estat miliknya City Developments mengumumkan dengan bersama sebesar S$24 juta kepada Singapore Institute of Technology (SIT) pada bulan November. Dengan tambahan dana hibah dari pemerintah total donasi berjumlah S$ 60 juta ditujukan untuk membantu mendanai pembangunan gedung administrasi universitas tersebut.

Ramon Ang

Miliarder asal Filipina sekaligus pemegang saham San Miguel Corp menjanjikan sebesar 500 juta peso untuk membangun sekolah Bagi anak-anak kurang mampu di Manila. Sumbangan tersebut diumumkannya pada bulan September saat ia meresmikan sekolah dengan 139 ruang kelas di Tondo salah satu distrik termiskin di Filipina.

Ang diperkirakan memiliki kekayaan bersih sebesar US$ 3,4 miliar. Tahun 2020 Ang melalui RSA Foundation miliknya secara pribadi telah menyumbangkan lebih dari 150 juta peso untuk beasiswa dan bantuan medis.

Li Ka-shing

Orang terkaya di Hongkong Li Ka-Shing menyumbangkan total HK$60 juta atau setara US$ 7,7 juta melalui Yayasan Li Ka-shing kepada dua universitas, Chinese University of Hongkong (CUHK) dan University of Hongkong (HKU). Sumbangan tersebut digunakan untuk mendukung penggunaan ai dalam pendidikan kedokteran.

Dua universitas tersebut masing-masing menerima HK$ 30 juta. Pria berusia 95 tahun ini telah menyumbangkan lebih dari HK$30 miliar dengan sebagian besar dananya digunakan untuk pendidikan dan perawatan kesehatan.

Nandan Nilekani

Miliarder asal India Nanda Nilekani telah menyumbangkan 3,2 miliar rupee kepada almamaternya IIT Bombay pada bulan Juni lalu. Pendiri perusahaan teknologi Infosys ini menyumbangkan total 4 miliar rupee kepada lembaga tersebut sejak tahun 1999.

Tahun lalu, dia menyumbangkan dana tambahan 1,6 miliar rupee untuk pendidikan. Tersebut akan disalurkan selama 3 tahun ke Ekstep Foundation sebanyak 996 juta rupee dan 664 juta rupee lainnya kepada AI4Bharat.

James Packer

The order asal Australia James Packer dan Packer Family Foundation telah berdonasi sebesar A$7 juta untuk mendukung penelitian kesehatan mental di UNSW Sydney. Tersebut akan digunakan untuk membentuk tim peneliti yang akan mempelajari gangguan kesehatan mental seperti penyakit bipolar.

Sebelumnya, Packer dan saudara perempuannya, Gretel telah menyumbangkan A$100 juta dari Yayasan keluarga dan A$ 100 juta dari badan filantropi selama 10 tahun. Tersebut digunakan untuk mendukung organisasi seni, pendidikan budaya, dan inisiatif komunitas lainnya.

Graeme Hart

Orang terkaya di Selandia baru Graeme Hart dan istrinya, Robyn telah menyumbangkan NZ$ 6,5 juta pada bulan Juli untuk membantu memperluas unit perawatan intensif anak di Rumah Sakit Anak Starship, Auckland.

Dana tersebut akan digunakan untuk membeli ruangan dan peralatan canggih bagi anak-anak yang sakit parah serta mendukung pendidikan dan pelatihan staf. Tahun 2018 Hart dan istrinya juga memberikan NZ$10 juta kepada Universitas Otago untuk mendanai sekolah kedokteran gigi baru.

Eddy Kusnadi Sariaatmadja

Selama lebih dari satu dekade, tokoh media ini memfokuskan kegiatan dermawannya untuk menyembuhkan gangguan penglihatan masyarakat Indonesia.

Yayasan Karya Alpha Omega miliknya memberikan operasi katarak gratis bagi ribuan masyarakat Indonesia setiap tahunnya serta perbaikan hernia dan bibir sumbing. Tahun ini, ia menjanjikan dana sebesar Rp 62 miliar untuk membangun pabrik pembuatan lensa buatan. Pabrik tersebut bertujuan untuk memulihkan penglihatan pasien katarak.

Disebutkan pabrik ini akan memproduksi 5.000 pasang lensa setiap tahunnya untuk disumbangkan kepada pasien yang dirawat melalui program Yayasan Karya Alpha Omega. Yayasan juga melakukan penggantian peralatan oftalmologi senilai hampir Rp 4,8 miliar di RSCM Kirana.

Sejak didirikan pada tahun 2010, Yayasan Karya Alpha Omega telah memberikan operasi katarak gratis kepada hampir 20.000 pasien, lebih dari 1.000 pasien penderita hernia, hampir 400 operasi bibir sumbing serta pengobatan gratis untuk sekitar 300.000 pasien di seluruh Indonesia.

Adapun dalam dua tahun terakhir, Yayasan Karya Alpha Omega juga telah mendonasikan lebih dari Rp 10 miliar untuk inisiatif seperti distribusi makanan pokok, penyuluhan kesehatan anak, dan pelatihan tanggap bencana. Tahun lalu, pihaknya memberikan bantuan alat kesehatan senilai Rp 4,8 miliar kepada Cicendo Eye Clinic Garut di Jawa Barat.

Eddy sendiri mendirikan Emtek pada tahun 1983. Saat ini, perusahaannya itu menaungi tiga saluran TV Indonesia, yakni SCTV, Indosiar dan MOJI.

Nikhil Kamath

Miliarder termuda asal India Nikhil Kamath bergabung dengan salah satu yayasan, Giving Pledge pada bulan Juni. Dalam surat janjinya, salah satu pendiri broker diskon online, Zerodha ini menulis dia tertarik pada perubahan iklim energi pendidikan dan kesehatan serta misi yayasan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil.

Kamath perkirakan memiliki kekayaan bersih sebesar US$ 1,1 miliar. Salah satu serial podcast YouTube Kamath telah mendonasikan hingga 10 juta rupee ke badan amal yang dipilih oleh penonton. Dimulai pada bulan Juli, penerimanya sejauh ini terdiri dua organisasi yang berbasis di Bangalore, satu organisasi yang mendukung pendidikan anak usia dini dan satu lagi organisasi kesehatan mental. Kamath mengatakan dia berencana meningkatkan donasi sebanyak 40 juta rupee setiap episode.

Andrian Cheng

Wakil ketua eksekutif dan CEO pengembang properti New World Development, Andrian Cheng mendirikan WEMP Foundation pada tahun 2021. Organisasi tersebut didedikasikan untuk menyembuhkan kesehatan mental anak-anak kurang mampu. Lebih dari 16.000 anak telah dibantu sejauh ini.

WEMP (Wellbeing, Emotional Intelligence, Mental Health and Parenting) seminar dan lokakarya yang bertujuan untuk membantu anak-anak mengekspresikan perasaan mereka lebih baik serta mengajarkan kemampuan mengasuh anak dengan baik kepada orang tua. (fdl/fdl)


Hide Ads