Gaji yang tidak sebanding dengan upaya maksimal memang tidak menyenangkan. Namun, apakah pekerja harus langsung mundur alias resign karena hal tersebut?
Ketua Umum Sumber Daya Manusia Indonesia (ISPI), Ivan Taufiza, mengatakan fenomena mundurnya pekerja karena merasa tidak menerima gaji yang sesuai kinerja sering terjadi, ketika pekerja merasa sudah maksimal dan konsisten menampilkan performa terbaik.
Dalam hal ini, ia menilai pekerja jangan langsung resign. Sebab, pekerja yang juga mempunyai hak untuk mempertanyakan dulu soal hal tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perform well dalam waktu 2-3 tahun dan konsisten itu punya hak buat mempertanyakan. Cari kejelasan, sayang sekali kalau ujug-ujug resign," ucapnya kepada detikcom, Sabtu (2/11/2023).
Ivan menyarankan agar pekerja mencoba renegosiasi gaji. Namun, ia menuturkan hal tersebut jangan diutarakan secara langsung. Pasalnya, alasan kenaikan gaji karena urusan personal sering kali dianggap tidak pas dan ditolak perusahaan.
Menurutnya, pekerja sebaiknya mencoba untuk meminta kejelasan dulu mengenai jenjang karier atau rencana perusahaan terhadap pekerja dalam jangka panjang.
"Begitu ada jawabannya, terus dibilang akan promosi, nah otomatis tentu ada tambahan salary atau income. Jadi jangan buka pembahasan gaji langsung, karena di kepala pimpinan atau atasan saat kita minta kenaikan gaji tentu bilang 'itu kan kerjaan kamu sama bobotnya'. Jadi jangan ngomong gaji, tapi ngomong soal plan," jelasnya.
Ketika opsi kenaikan gaji ditolak di level human resources (HR), Ivan mengutarakan agar pekerja tidak langsung patah arang. Pekerja bisa mencari ospi lain dengan mencoba untuk membuka komunikasi dengan pimpinan atau atasan lain.
Kejelasan mengenai kesejahteraan terkadang tidak melalui jalan yang mulus. Tapi, Ivan membeberkan ada kemungkinan 60% sampai 70% upaya tersebut bisa berhasil. Apalagi jika karyawan yang meminta kejelasan memang menunjukkan performa baik.
"Selama pekerja perform konsisten selama beberapa tahun berturut-turut, semua orang juga tahu. Perusahaan tidak buta dan tuli. HR juga langsung peka sendiri dan bisa merekomendasikan langsung. Karena repot cari penggantinya, personal achievement itu menjawab dengan sendirinya.Kalau semua upaya ini sudah tidak bisa dilakukan, baru opsi resign," terangnya.
Setali tiga uang, Chairman Asosiasi Praktisi dan Profesional SDM Future HR, Audi Lumbantoruan, mengatakan menyarankan agar pekerja jangan langsung resign jika upah yang diperoleh dirasa tak sesuai performa yang diberikan. Sebab dalam jangka panjang, ia meyakini perusahaan akan melihat potensi karyawannya untuk berkarier.
Selain berupaya renegosiasi, Audi menjelaskan pekerja juga harus berupaya menelisik rencana jangka panjang perusahaan. Refleksi atas kemampuan dan kontribusi pekerja pun perlu dilihat untuk mempersiapkan diri dalam rangka mengemban tugas dan tanggung jawab yang lebih besar.
"kalau mau lebih, kita harus mempersiapkan diri buat tugas dan tanggung jawab lebih besar, kita siap tidak? Itu pertanyaannya. Jangan ujug-ujug merasa maksimal dan resign. Jangan. Justru kita harus bertanya bagaimana saya bisa memberi kontribusi lebih dan bagaimana cara bisa membangun karier saya," pungkasnya.
(rrd/rir)