Ekonomi Lesu, Peternak Babi di China Ramai Terlilit Utang

Ekonomi Lesu, Peternak Babi di China Ramai Terlilit Utang

Samuel Gading - detikFinance
Selasa, 05 Des 2023 13:25 WIB
Babi
Ilustrasi peternakan babi/Foto: (AP)
Jakarta -

Para peternak babi di China dikabarkan mulai merugi. Hal ini disebabkan berbagai perusahaan agribisnis besar melakukan modernisasi dan memperluas peternakan babi secara agresif, kendati jumlah permintaan babi mulai menurun. Alhasil, kerugian dan utang pun ikut meningkat.

Kerugian lebih besar diperkirakan akan terjadi pada 2024. Para pengusaha peternakan babi disebut berada di bawah tekanan untuk mengurangi jumlah ternak dan menjual peternakan mereka yang sebagian besar masih kosong. Namun untuk saat ini, para pengusaha disebut masih melakukan pendalaman dan berharap kelesuan pasar pulih kembali.

Hal ini berdampak tidak hanya bagi mereka sendiri, tapi juga bagi sejumlah pihak. Seperti perusahaan pemasok pakan yang berasal dari luar negeri, perusahaan genetika, dan perdagangan babi global yang sedang menghadapi kesulitan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semuanya bergantung pada seberapa besar kantong yang dimiliki perusahaan-perusahaan ini," kata Direktur Penjualan Genesus INC Lyle Jones kepada Reuters, Selasa (4/12/2023). Genesus INC adalah sebuah perusahaan Amerika Serikat yang memasok ternak babi ke produsen terkemuka di China.

Rata-rata harga daging babi di China pada 2023 berada jauh di bawah biaya produksi produsen paling efisien. Dalam tiga bulan terakhir saja harga daging babi telah turun 15% menjadi US$ 2.03 atau Rp 31.448 (kurs Rp 15.492) per kilogram, terendah dalam satu dekade terakhir.

ADVERTISEMENT

Penurunan ini kontradiktif dengan upaya China menaikkan harga dengan kebijakan penggunaan token untuk pembelian cadangan daging babi pemerintah di tengah mulainya puncak musim dingin yang mendorong konsumsi daging babi. Penurunan harga turut menekan sejumlah produsen besar di industri senilai US$ 200 miliar atau Rp 3,09 triliun. Alhasil, 10 produsen daging babi teratas di China tercatat mengalami kenaikan utang sebesar 13% per akhir September 2023.

Produsen daging babi terbesar ketiga di China dan terbesar kelima di dunia, New Hope Liuhe (000876.SZ), dikabarkan menjual peternakannya tahun lalu. Pada Juli, perusahaan mengatakan kepada investor bahwa mereka kini ingin menjual lebih banyak peternakan babi sekaligus mendatangkan investor strategis ke unit bisnis unggas dan makanannya.

Produsen daging babi terbesar kedua di China, Jiangxi Zhengbang Technology (002157.SZ), pun terpaksa melakukan restrukturisasi pada 2022 setelah melakukan ekspansi pesat. Situasi ini terjadi kendati Jiangxi Zhengbang Technology mendapat dukungan dari perusahaan milik pemerintah setempat.

"Selama dua tahun terakhir, bank bisa memberikan pinjaman dalam jumlah besar sehingga perusahaan-perusahaan ini berkembang sangat cepat," beber seorang analis di sebuah perusahaan riset ekuitas yang namanya tidak ingin ditulis.

Namun, mengingat tingginya tingkat utang perusahaan, analis tersebut memperkirakan akan sangat sulit bagi berbagai perusahaan itu untuk meminjam uang dari bank.

Analisis lain pun memperkirakan berbagai pemain besar seperti Muyuan Foods Co dan Wens Foodstuff Group Co, juga berada dalam posisi terguncang. Tantangan pun semakin meningkat ketika China memproduksi daging babi dalam jumlah besar.

Muyuan sendiri diketahui telah meningkatkan jumlah ternak babi sebanyak tiga kali lipat sejak 2018, perusahaan itu kini memiliki jumlah induk babi tiga kali lebih banyak dibanding WH Group (0288.HK) selaku pemilik perusahaan terkemuka Smithfield Foods di Amerika Serikat.

Analis Hu'An Securities pun memperkirakan produksi daging babi melonjak 10% pada paruh pertama 2024, menyusul lonjakan 17% dalam sembilan bulan pertama 2023. Padahal, sebanyak 15 perusahaan peternakan besar yang terdaftar di bursa saham sudah melaporkan total kerugian bersih sekitar 200 miliar yuan.

Persoalan tersebut diperparah terpukulnya konsumsi daging babi di China karena melambatnya pertumbuhan ekonomi maupun perubahan preferensi konsumen yang kini semakin sadar akan kesehatan. Biaya untuk memerangi penyakit ternak babi juga meningkat signifikan, hal ini disebabkan demam babi Afrika kini menjadi endemi yang mengancam semua peternakan babi di dunia.

Kementerian Pertanian Tiongkok telah memperingatkan kerugian yang lebih besar pada sektor peternakan babi pada awal 2024 dan mendesak produsen daging babi mengurangi produksi. Meskipun sebagian produsen besar telah memangkas pengeluaran untuk peralatan baru dan mengambil langkah-langkah pemotongan biaya lainnya, sebagian besar perusahaan dikabarkan masih enggan membongkar peternakan yang menganggur dan mengurangi jumlah ternak.

"Perusahaan-perusahaan terkemuka melakukan ekspansi secara agresif pada tahun 2020-2021, belanja modal sangat besar, dan mereka tidak bersedia mengurangi kapasitas, bahkan di bawah harga yang lemah saat ini," imbuh Direktur China Corporate Research Fitch Ratings, Flora Zhu.

Simak juga Video: Penampakan Wajah Anak Babi yang Disebut Mirip Manusia di Manggarai Barat

[Gambas:Video 20detik]



(eds/eds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads