Pernah Digaji Rp 40 Juta! Mantan TKI Lebih Pilih Jadi Agen Bank, Kenapa?

Jelajah Desa BRILian

Pernah Digaji Rp 40 Juta! Mantan TKI Lebih Pilih Jadi Agen Bank, Kenapa?

Hana Nushratu Uzma - detikFinance
Rabu, 06 Des 2023 12:25 WIB
Pernah Digaji Rp 40 Juta! Mantan TKI Lebih Pilih Jadi Agen Bank, Kenapa?
Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom
Jakarta -

Sebagian besar orang Indonesia mengadu nasib ke luar negeri. Sulitnya mencari pekerjaan di negeri sendiri menjadi motivasi mereka untuk merantau. Hal ini juga turut dilakukan oleh Unggul Andoko, warga Kampung (desa) Isano Mbias, Distrik Tanah Miring, Kabupaten Merauke, Papua Selatan.

Pria berusia 29 tahun ini pernah bekerja di Korea Selatan (Korsel) selama 5 tahun. Sebelum pindah ke Kabupaten Merauke, Unggul menetap di Pati, Jawa Tengah. Alasan ia pergi ke Korsel pun karena banyak teman-temannya sudah bertolak terlebih dahulu ke Negeri Ginseng tersebut.

"Saya kan dari Jawa di kampung rata-rata ke sana (Korsel)," kata Unggul kepada detikcom beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, Unggul mengikuti berbagai macam pelatihan dari pemerintah sebelum berangkat ke Seoul. Dua tahun setelahnya, Unggul dipanggil untuk berangkat ke Korsel.

Selama 5 tahun merantau, Unggul bekerja di tiga pabrik berbeda. Di antaranya pabrik perakitan alat elektronik (kulkas), sparepart mobil, dan styrofoam. Penghasilan Unggul per bulannya bisa mencapai Rp 40 juta.

ADVERTISEMENT

"Gaji di pabrik Rp 30 juta, total sama lembur Rp 40 juta. Biaya hidup ditanggung pabrik, jadi bisa dikirim ke orang tua," kata Unggul.

Dituturkan Unggul, penghasilannya belum termasuk bonus yang diterimanya sebanyak tiga bulan sekali jika sedang ramai pesanan. Perusahaan memberinya bonus sebesar 500 ribu KRW atau Rp 12 juta. Sehingga, total penghasilannya sebagai TKI bisa mencapai Rp 52 juta jika mendapat bonus.

"Kalau sedang ramai, bonusnya tiga bulan sekali. Kalau nggak, (bonus) cuma enam bulan sekali. Lumayan bisa buat jajan atau ditabung," imbuh Unggul.

Unggul mengaku penghasilannya sebanding dengan risiko yang diterimanya. Kepada detikcom, ia bercerita kalau jarinya pernah terjepit mesin press saat bekerja.

"Kalau mesinnya error kan berbahaya. Pernah jari kegencet, untung dalamnya pas di-rontgen masih utuh, cuma kukunya copot," imbuh Unggul.

Kemudian pada awal 2020, kontrak Unggul di Korsel telah habis. Meski sudah meraup penghasilan dua digit di negeri orang, Unggul memilih untuk pulang ke Tanah Air, tepatnya di Merauke.

Di sana, ia tinggal bersama orang tuanya yang merupakan transmigran sejak 2013. Kemudian, ia beralih profesi sebagai pemilik toko kelontong dan obat pertanian. Alasannya, ia ingin mencoba peruntungan dalam berwirausaha mengingat usianya saat itu baru menginjak 26 tahun.

"Kalau kita nggak memulai dari sekarang kita nanti ilmunya nggak cukup. Pas kita udah tua baru kita punya modal, tapi kita nggak punya ilmu yang cukup. Risikonya lebih besar kalau udah tua tapi ilmunya nggak cukup. Sekarang, walaupun saya coba, gagal, tapi masih banyak kesempatan," ucap Unggul.

Satu tahun setelah membuka toko kelontong yang diberi nama 'Kios Panasea', Unggul diajak oleh seorang agen pemasaran (mantri) Bank BRI terdekat untuk membuka agen BRILink. Ia pun lantas menerima tawaran tersebut tanpa ragu.

"Pertama saya masih melihat sedikit agen BRILink di kota saya. Kemudian, masih banyak petani atau warga sekitar yang mungkin tidak terlayani karena mungkin terhalang biaya atau kendala dari agen BRILink yang kurang bisa melayani transaksi," kata Unggul.

Dalam sebulan, Unggul mampu melayani 500-600 transaksi dengan total laba bersih yang diperoleh sebanyak Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Di samping itu, BRILink juga melengkapi penghasilan Unggul jika kiosnya sepi pengunjung.

"Saling sumbang silang-menyilang. Kayak gitu toko sepi, Alhamdulillah brilink ramai jadi bisa menutupi kayak begitu kalau penghasilan," imbuh Unggul.

Meski sejak menjadi agen BRILink dirinya semakin sibuk, ia mengaku senang karena bisa membantu warga sekitar. Di samping itu, penghasilannya juga bertambah hingga 40% dari sebelumnya Rp 5-10 juta menjadi Rp 7-14 juta.

"Sejak jadi agen BRILink, jadi makin sibuk ya karena warga banyak yang kesini untuk transaksi sampai tengah malam pun masih ada padahal kios sudah tutup. Penghasilan juga lebih banyak, kita bisa lebih banyak menabung dari sini (BRILink)," kata Unggul.

Rencananya, Unggul akan membuka cabang kios yang menyediakan agen BRILink di tempat lain. Namun saat ini, ia masih mencari tempat yang cocok agar bisa menarik lebih banyak konsumen, khususnya yang juga nasabah BRI. Sebab, akses menuju Bank BRI terdekat juga masih cukup sulit.

"Nanti kalau sudah final, saya mau buka usaha dan cabang BRILink lagi," jelas Unggul.

Halaman Selanjutnya: Banyak Dapat Ilmu dari Menjadi Agen BRILink

Selama hampir dua tahun menjadi agen BRILink, ia mempelajari ilmu cara mengelola agen BRILink secara otodidak melalui sosial media YouTube atau TikTok. Dari medsos, ia belajar berbagai tips dan trik cara menjadi agen BRILink yang sukses.

"Di Tiktok dan YouTube banyak yang sering kasih tips-tips BRILink. Jadi saya belajar, lalu praktikkan sendiri," ujar Unggul.

Selain belajar melalui medsos, Unggul juga rutin mengikuti pelatihan-pelatihan yang digelar BRI melalui aplikasi Zoom. Dalam pelatihan tersebut, ia juga belajar dari sesama agen BRILink yang membagikan pengalamannya masing-masing. Di sisi lain, ia juga mengimplementasikan sekaligus membagikan ilmunya bagi mereka yang berminat untuk menjadi agen BRILink.

"Pertama pelayanan yang baik, ramah, kemudian harga yang kompetitif, nggak mahal. Kita bandingkan dengan kompetitor lain, jangan terlalu mahal," kata Unggul.

Ia pun membeberkan tips marketing bagi calon agen BRILink. Salah satunya melalui promosi. Di 'Kios Panasea' sendiri, Unggul memberikan satu liter minyak goreng bagi nasabah yang melakukan transaksi sebanyak 20 kali. Tak lupa, Unggul mempromosikan kiosnya melalui Facebook dan WhatsApp (WA).

"Sering kasih promo, biasanya pelanggan suka dengan promo-promo. Makanya ada '20 transaksi, gratis minyak satu liter'," ungkap Unggul.

Terakhir, ia mengucapkan terima kasih kepada Bank BRI karena telah memberikan kesempatan baginya untuk menjadi agen BRILink. Ia mengaku senang bisa membantu banyak orang sekaligus menambah penghasilan.

"Untuk BRI saya berterimakasih banyak (karena) sudah dipercaya menjadi agen BRI. Bisa menjadi penambah income saya untuk setiap bulan. Menjadikan saya mitra BRILink juga bisa membantu banyak orang sekitar. Terima kasih," jelas Unggul.

Sebagai informasi, detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah Desa BRILian yang mengulas potensi dan inovasi desa di Indonesia baik dari segi perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata serta dampaknya terhadap masyarakat lokal maupun nasional. Untuk mengetahui informasi program Desa BRILian lebih lanjut, ikuti terus informasinya hanya di jelajahdesabrilian.detik.com!



Simak Video "Dari Tuhan Untuk Minahasa"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads