Ekonom Senior Chatib Basri menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia harus dipercepat dengan laju di atas 6% untuk bisa menjadi negara maju pada 2045. Ini merupakan pekerjaan rumah (PR) besar bagi presiden selanjutnya.
Chatib Basri mengatakan siapapun presidennya harus bisa meningkatkan gross domestic savings terhadap produk domestik bruto (PDB) untuk meningkatkan ekonomi. Berdasarkan data Bank Dunia, saat ini Indonesia baru mencapai 37% atau masih ada gap alias selisih kebutuhan penambahan tabungan domestik.
Menurut Chatib Basri, ada beberapa opsi yang dimiliki pemerintah untuk mengisi gap tersebut di antaranya rasio pajak (tax ratio) harus naik untuk mendorong penerimaan. Pada 2022, tax ratio Indonesia berada di level 10,39% terhadap produk domestik bruto (PDB).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Siapapun yang jadi presiden (terpilih 2024), tax ratio harus naik," kata Chatib Basri yang juga merupakan Menteri Keuangan periode 2013-2014 atau era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Regional Chief Economist Forum di Grand Hyatt Bali, Jumat (8/12/2023).
Selain itu, presiden berikutnya harus bisa menarik lebih banyak investasi. Chatib menyebut setiap pertumbuhan ekonomi sebesar 1% butuh tambahan investasi sebesar 6,8% terhadap PDB.
"Dengan demikian untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6-7%, maka dibutuhkan penambahan investasi terhadap PDB sekitar 40,8% sampai 47,6%," ucapnya.
Lalu pemenuhan gap tabungan domestik bisa dibiayai oleh penanaman modal asing tidak dalam bentuk investasi portofolio. Oleh karena itu, pemimpin selanjutnya harus bisa menarik masuk investasi asing.
"Meningkatkan produktivitas untuk menarik PMA (penanaman modal asing)," ucapnya.
Opsi lain yang harus dilakukan pemerintah baru yakni mendorong produktivitas di dalam negeri. Hal itu dapat dilakukan dengan memperbaiki regulasi, mempermudah perizinan, melanjutkan pembangunan infrastruktur guna menurunkan biaya logistik, serta meningkatkan kualitas SDM.
"Jadi untuk mengatasinya dengan menaikkan tax ratio terhadap GDP, meningkatkan produktivitas, menarik PMA, kombinasi itu semua termasuk external financing," bebernya.
Lihat juga Video: Optimalkan Peran Pemuda, Ganjar Optimistis Ekonomi RI Bisa Tumbuh 7%