Gelap Gulita Hidup Warga di Rusun Kampung Bayam, Ada di Samping JIS

Gelap Gulita Hidup Warga di Rusun Kampung Bayam, Ada di Samping JIS

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Selasa, 12 Des 2023 09:00 WIB
Rusun Kampung Bayam
Foto: Ignacio Geordy Oswaldo
Jakarta -

Kehidupan warga di Rumah Susun (rusun) Kampung Bayam, Jakarta Utara, gelap gulita di malam hari. Bangunan yang diperuntukan bagi mereka yang terdampak penggusuran proyek JIS ini tidak dialiri listrik dan air.

Warga eks Kampung Bayam, secara khusus kelompok tani, menempati bangunan tersebut tanpa ada izin resmi dari pihak berwenang ataupun pengelola rusun. Setidaknya terdapat 50 KK yang menempati rusun tersebut.

Setiap KK terlihat menempati satu rumah di lantai dua rusun Kampung Bayam yang dibuka secara paksa. Namun proses pembukaan ini dilakukan hati-hati sehingga tidak ada pintu atau jendela yang dirusak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena tidak dialiri listrik, semua lampu yang ada di dalam bangunan tidak bisa dinyalakan dan membuat suasana di dalam rusun sangat remang bahkan saat siang hari. Warga yang tinggal hanya bisa memanfaatkan cahaya matahari yang bersinar melewati celah-celah jendela.

Saat malam tiba, suasana menjadi gelap gulita. Lorong-lorong koridor yang sudah remang menjadi semakin gelap. Kondisi ini sangat bertolak belakang dari kawasan di luar rusun yang bercahaya karena lampu jalan dan kendaraan yang melintas. Selain itu dari arah JIS juga terlihat lampu warna-warni yang menghiasi malam gelap di dalam rusun.

ADVERTISEMENT

Ketua Kelompok Tani, Muhammad Furqon, mengatakan warga sekitar menggunakan genset diesel yang didapat dari salah satu kelompok relawan untuk menerangi area rusun di malam hari. Namun genset ini hanya bisa menerangi area blok A dan hanya dinyalakan pukul 19.00-07.00 WIB.

Sedangkan sebelum adanya genset, para warga membuat penerangan dari obor yang terbuat dari kaleng berisi minyak dan sumbu atau lampu darurat. Begitu juga yang dilakukan warga eks Kampung Bayam yang menempati blok B dan C karena hingga saat ini belum ada penerangan dari lampu.

"Malam itu pakai genset, cuma yang sebelah sana (blok B dan C) belum dipasang semua. Paling bikin obor gitu pakai kaleng, ya mau bagaimana lagi, adanya harus kita terima," kata Furqon ditulis Selasa (11/12/2023).

Rusun Kampung BayamRusun Kampung Bayam Foto: Ignacio Geordy Oswaldo

"Biasanya sih dinyalain jam 6 atau 7 malam sampai jam 6-7 pagi. Menunggu yang baru pulang kerja (serabutan) dapat duit untuk urunan (patungan) Rp 5 ribu, Rp 10 ribu untuk beli bensin," tambahnya.

Sedangkan untuk akses air bersih, Furqon mengaku para warga memanfaatkan aliran air dari pipa PAM yang bocor di dekat proyek KRL JIS. Selain itu mereka juga menggunakan satu-satunya keran air yang masih menyala di kawasan itu (dekat tower listrik/sutet) dan membawanya ke kamar masing-masing menggunakan galon.

"Kalau dulu ya pakai galon dibawa dari torent di bawah ke atas pakai troli. Sekarang ya Alhamdullilah ada air (PAM) bocor bisa ditarik pakai selang. Nanti kalau nggak (pipa bocornya diperbaiki) ya balik lagi (menggunakan galon).

Dengan kondisi seperti saat ini, Furqon mengaku para warga merasa sangat kesulitan. Terlebih sebagian besar warga yang tinggal memiliki anak-anak kecil yang masih balita hingga pelajar.

"Ya jelas lah kenapa kita sampai ambil selang manfaatkan air (PAM) yang bocor, pertama kami sebagai Muslim yang utama air itu penting banget (untuk wudhu). Terus yang kedua kan anak kami ini sekolah apa butuh air, ya pokoknya keluhan banyak lah di air. Untuk buang air, untuk beribadah, untuk mandi, untuk cuci, kan gitu," jelas Furqon.

"Terus untuk penerangan (listrik) jelas keluh kesahnya, sekarang kita harus bagai mana? anak-anak yang sekolah pagi nggak bisa ngerjain PR karena nggak ada penerangan, akhirnya kalau bensin habis kita harus tunggu pagi biar terang ada pencahayaan," tambahnya.

Belum lagi karena tidak ada listrik, para warga tidak bisa menggunakan peralatan elektronik seperti rice cooker untuk masak. Sehingga mau tak mau mereka harus masak nasi di malam hari atau menggunakan kompor gas.

"Kalau di sini gas habis listrik nggak menyala ya kita harus upaya dulu, sekarang apa? Beban (keuangan) kita jadi bertambah, harus ada bensi (untuk menyalakan genset) dulu gitu kan baru kita bisa masak pakai race cooker. Kalau nggak harus beli gas dulu, kan berarti beban kami makin berat," ungkap Furqon.

Warga berjalan melintas di dalam Kampung Susun Bayam, Jakarta Utara, Kamis (7/12/2023). Sejumlah warga menempati Rusun Kampung Bayam meskipun belum ada ijin atau surat resmi dari pihak yang berwenang. ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/pras.Warga berjalan melintas di dalam Kampung Susun Bayam, Jakarta Utara, Kamis (7/12/2023). Sejumlah warga menempati Rusun Kampung Bayam meskipun belum ada ijin atau surat resmi dari pihak yang berwenang. ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/pras. Foto: ANTARA FOTO/ERLANGGA BREGAS PRAKOSO

Lihat juga Video 'Ada Rusun buat Eks Pengemis-Gelandangan, Tarif Rp 10 ribu':

[Gambas:Video 20detik]



(fdl/fdl)

Hide Ads