Berkat Internet, Pengusaha Biji Pala Tak Sulit Lagi Pasarkan Produk

Tapal Batas Bakti Kominfo

Berkat Internet, Pengusaha Biji Pala Tak Sulit Lagi Pasarkan Produk

Angga Laraspa - detikFinance
Selasa, 12 Des 2023 11:51 WIB
Buah pala adalah salah satu komoditas andalan dari wilayah timur, Indonesia.
Foto: dok. Rafida Fauzia/detikcom
Halmahera Utara - Buah pala adalah salah satu komoditas andalan dari wilayah timur, Indonesia. Penjualan buah pala menjadi suatu hal yang lumrah mengingat menjadi salah satu rempah yang dinilai penting sejak dulu, bahkan sejak masa Romawi.

Konon katanya, penyebaran buah pala juga sudah terjadi sejak abad ke-6 masehi menuju India. Setelah itu, persebarannya berlanjut ke bumi lain hingga akhirnya Portugis datang dan mengetahui kalau salah satu lokasi dengan buah pala yang melimpah terletak di pulau-pulau timur Nusantara.

Di Indonesia, pala sendiri disebut sebagai buah warisan di Kepulauan Banda. Namun, penyebarannya kini menyebar di kepulauan timur Indonesia, termasuk di Pulau Doi, Loloda Kepulauan, di Halmahera Utara.

Menjadi salah satu pulau terluar di Maluku Utara, warga di Desa Salube yang memiliki kebun banyak ditanami buah pala. Ternyata mereka adalah penjual biji pala yang siap menjual hasil kebunnya ke pulau-pulau lain di luar Pulau Doi.

Hal tersebut juga dilakukan oleh salah seorang warga desa Salube, Asep Puren. Pria yang juga bekerja sebagai guru di SMA 8 Halmahera Utara ini memilih untuk mencoba peruntungan menjual Pala bersama istrinya.

Buah pala adalah salah satu komoditas andalan dari wilayah timur, Indonesia.Buah pala adalah salah satu komoditas andalan dari wilayah timur, Indonesia. Foto: dok. Rafida Fauzia/detikcom

"Saya bersama istri saya biasanya ada usaha keseharian. Contohnya membeli pala, karena hasilnya ini di Maluku Utara, khususnya pulau-pulau Doi, Salube itu beli pala seperti ini," cerita Asep kepada detikcom saat mengunjungi Desa Salube.

Asep awalnya berjualan pala dengan sistem beli terlebih dahulu kepada penghasil utama. Baru kemudian diolah, dan siap dipasarkan untuk dijual.

"Awal mula berjualan pala itu kita coba. Beli seumpamanya Rp 5 ribu, sedangkan kita olah, nanti kita kupas ini jadi jadi daging saja (biji pala). Dagin itu nanti kemudian kita jual," jelas Asep.

Biasanya satu kilo biji pala super dijual dengan harga Rp 90-100 ribu. Dengan harga segitu, Asep bisa untung kurang lebih Rp 20 ribu per kilonya.

Untuk diketahui, buah ini disebut juga sebagai buah emas karena saat pertumbuhannya, pala akan memiliki warna kulit keemasan yang terlihat cantik untuk dipandang.

Orang-orang zaman dulu percaya, buah pala adalah sebuah mahakarya dan anugerah dari Tuhan. Hal itu karena bukan hanya cantik dilihat, tapi pala juga memiliki cita rasa unik dan memiliki banyak manfaat.

"Kalau setau kami di sini, (biji pala) dipakai untuk campuran makanan, bumbu makanan, kemudian bisa diambil minyaknya jadi kulit urut," jelas Asep.

Sedangkan untuk bunganya, ternyata juga bisa dimanfaatkan menjadi campuran makanan dan juga bahan pengawet.

Lebih lanjut, untuk pengiriman, penjualan biji pala di Pulau Doi biasanya bakal dikirim ke Tobelo dan Ternate. Biasanya dari Ternate, biji pala ini akan dikirim lagi menuju Surabaya atau Jakarta.

Proses pengiriman biji pala ke luar Pulau Doi memang membutuhkan proses yang tidak mudah dan tidak sebentar. Sebab, sebelum dikirim biasanya biji pala akan diproses terlebih dahulu, mulai dari penjemuran, pengupasan, hingga pengemasannya. Proses tersebut membutuhkan waktu kurang lebih hingga satu minggu.

Buah pala adalah salah satu komoditas andalan dari wilayah timur, Indonesia.Buah pala adalah salah satu komoditas andalan dari wilayah timur, Indonesia. Foto: dok. Rafida Fauzia/detikcom

Meskipun demikian, Asep mengaku penjualan biji pala miliknya kini menjadi lebih mudah. Hal itu ia rasakan setelah masuknya internet dan kehadiran BTS Bakti Kominfo yang dibangun tak jauh dari rumahnya.

Ia merasakan dengan adanya jaringan internet, penjualan biji palanya kini cukup melalui gawai sehingga makin praktis untuk dilakukan.

"Penjualannya via telepon, facebook, atau WhatsApp. Kita sudah punya koneksi dengan bos. Jadi bos kita tanya lewat WA saja," kata Asep.

Melalui WA, ia bisa dengan mudah menanyakan soal harga pala dan tahu kapan waktu yang tepat untuk mengirimkan pala miliknya ke luar Pulai Doi.

"Jadi kita biasanya cari informasi harga kan setiap minggu itu harganya naik turun tidak stabil. Itu karena memang perdagangannya seperti itu. Sehingga kita harus cari informasi. Tapi kalau tidak bagus jaringan, kita tidak bisa komunikasi," terang Asep.

Karena itu, ia pun berterima kasih kepada BTS BAKTI Kominfo. Karena menurutnya, kehadiran BTS tersebut membantu dirinya dan warga di Pulau Doi, khususnya di Desa Salube jadi lebih mudah berkomunikasi.

"Jadi sebelum BAKTI ini ada, kita punya apa namanya jaringan sistem manual. Sama seperti tadi kita jual ke jalan, kita tawarkan ke warga-warga. Atau contohnya pala, kita tampung di sini, sedikit nampung di sini, terus kita cari jalan kebun tunggu di sana, kita tunggu di sana," ucap Asep.

"Itu sebelum ada BTS, tapi ketika BTS sesudah ada. Kita tinggal halo saja ke sana," imbuhnya.

Karena kehadiran internet melalui BTS tersebut, warga di Pulau Doi kini bisa promosi dagangannya melalui facebook, grup WhatsApp, atau messenger facebook. Dengan demikian konektivitas antar warga di Pulau Doi dengan warga di kota-kota menjadi lebih mudah untuk dilakukan dan roda perekonomian juga bergerak dengan mudah untuk membantu warga.

detikcom bersama Bakti Kominfo mengadakan program Tapal Batas mengulas perkembangan ekonomi, wisata, infrastruktur, wisata, dan teknologi di wilayah 3T setelah adanya jaringan internet di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!




(prf/ega)

Hide Ads