BPS: Impor RI di November Capai US$ 19,59 Miliar, Naik 4,89%.

BPS: Impor RI di November Capai US$ 19,59 Miliar, Naik 4,89%.

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 15 Des 2023 09:38 WIB
Ilustrasi komoditas impor.
Foto: CHUTTERSNAP/Unsplash
Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada November 2023 mencapai US$ 19,59 miliar atau naik 4,89% secara bulanan.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengungkapkan, pada November 2023 nilai impor mencapai US$ 19,59 miliar atau naik 4,89% secara bulanan. Impor Migas senilai US$ 3,49 miliar atau naik 8,79%, sementara untuk impor non migas senilai US$ 16,10 miliar atau naik 4,08%.

Peningkatan impor non migas secara bulanan disebabkan oleh peran komoditas yang pertama adalah besi dan baja naik 16,34%, kemudian ampas dan sisa industri makanan naik 31,98% dan pupuk naik 76,58%. Sementara itu untuk Migas terjadi peningkatan nilai impor minyak mentah, hasil minyak dan gas yang masing-masing sebesar 9,39%, kemudian 10,77% dan 11,55%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Secara tahunan, nilai impor November 2023 naik 3,29%. Nilai impor Migas naik 24,41%, sementara impor non migas kembali turun 0,37% ini melanjutkan trend penurunan secara tahunan yang telah terjadi selama 6 bulan berturut-turut," ungkap Pudji di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Jumat (15/12/2023).

Pudji melanjutkan, BPS juga mencatat impor menurut penggunaan yakni barang konsumsi meningkat US$ 191,6 juta atau 10,53%. Sementara untuk bahan baku atau penolong meningkat US$ 483,6 juta atau naik 3,60%. Kemudian barang modal meningkat US$ 238,3 juta atau 6,98%. Bahan baku atau penolong menyumbang lebih dari 71,08% dari total impor pada November 2023.

ADVERTISEMENT

Secara bulanan nilai impor mengalami kenaikan untuk seluruh jenis penggunaan. Impor barang konsumsi mengalami persentase kenaikan tertinggi yaitu naik 10,53% yang didorong oleh kenaikan impor serealia, sayuran, dan instrumen optik, fotografi, sinematografi serta medis.

"Secara tahunan nilai impor menurut jenis penggunaan mengalami peningkatan kecuali pada barang baku atau penolong yang mengalami penurunan 1,05%. Penurunan ini telah terjadi selama 6 bulan berturut-turut, sedangkan barang konsumsi naik 19, 82% yang merupakan peningkatan tertinggi, barang modal naik 13,66%," ungkap Pudji.

Sementara, untuk tiga besar negara asal impor pada November 2023 adalah Tiongkok, Jepang dan Thailand. Tiongkok masih menjadi negara utama asal impor non migas Indonesia dengan kontribusi pada November 2023 mencapai 35,43%.

"Ini lebih tinggi dibandingkan kondisi Oktober 2023 yang mencapai 34,62%, tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan November tahun lalu yaitu 36,52%. Sementara itu, proporsi pangsa impor dari Uni Eropa meningkat secara tahunan dan bulanan," jelasnya.

Pudji merinci lagi, impor non migas Tiongkok sebesar US$ 5,70 miliar atau naik 6,55% dengan pangsa sebesar 35,43%. Komoditas utama dalam impor di November 2023 ini dari Tiongkok adalah mesin atau peralatan mekanis dan bagiannya, sayuran dan perabotan lampu dan alat penerangan.

Impor dari Jepang US$ 1,28 miliar atau turun 17,92% dengan pangsa sebesar 7,95%. Komoditas utamanya adalah kapal, perahu dan struktur terapung, kendaraan dan bagiannya, serta besi dan baja.

Impor non migas dari Thailand sebesar US$ 0,81 miliar yang turun 3,45% dengan pangsa sebesar 5,04%. Komoditas utamanya adalah plastik dan barang dari plastik, mesin atau peralatan elektrik dan bagiannya, serta buah-buahan.

Ia melanjutkan, total impor pada Januari sampai November 2023 mencapai US$ 202,78 miliar atau turun 6,80% dari periode yang sama tahun lalu. Untuk impor non migas mencapai US$ 170,32 miliar atau turun 5,57%, sedangkan impor Migas mencapai US$ 32,46 miliar atau turun 12,78%.

Jika dilihat menurut penggunaannya, pada periode januari sampai November 2023 nilai impor tertinggi masih terjadi pada bahan baku penolong yaitu sebesar US$ 147,37 miliar.

"Meskipun demikian jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, impor bahan baku penolong ini mengalami penurunan 11,67% yang utamanya didorong oleh penurunan impor komoditas bahan bakar mineral, besi dan baja, serta plastik dan barang dari plastik," ungkapnya lagi.

(aid/rrd)

Hide Ads