Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sampai 12 Desember 2023 defisit Rp 35 triliun. Realisasi itu setara dengan 0,17% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Sri Mulyani mengatakan defisit sampai 12 Desember 2023 itu jauh lebih kecil dibandingkan desain awal APBN yang ditargetkan defisit mencapai Rp 598,2 triliun. Juga masih di bawah dari target Perpres Nomor 75 Tahun 2023 yang mencapai Rp 479,9 triliun.
"APBN awal didesain (defisit) Rp 598,2 triliun atau 2,84%. Jadi defisit kita di 12 Desember 2023 yang hanya Rp 35 triliun itu jauh lebih kecil dari desain defisit awal yang sebesar Rp 598,2 triliun," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (15/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Defisit APBN ini berarti pendapatan lebih kecil dibandingkan jumlah pengeluaran pemerintah. Sampai 12 Desember 2023, pendapatan negara mencapai Rp 2.553,2 triliun.
"Angka ini sudah melebihi dari angka pendapatan negara yang ada dalam UU APBN 2023 yang hanya Rp 2.463 triliun. Namun laporan semester APBN 2023 direvisi melalui Perpres Nomor 75 Tahun 2023, targetnya menjadi Rp 2.637,2 triliun itu kita masih belum mencapai," ucapnya.
Untuk belanja negara, sampai 12 Desember 2023 mencapai Rp 2.588,2 triliun. Jumlah itu belum mencapai target baik di APBN 2023 yang mencapai Rp 3.061,2 triliun dan Perpres Nomor 75 Tahun 2023 yang mencapai Rp 3.117,2 triliun.
Meski APBN 2023 mulai defisit, Sri Mulyani menyebut dari sisi keseimbangan primer masih mencatatkan surplus Rp 378,6 triliun.
"Keseimbangan primer surplus Rp 378,6 triliun. Ini hal yang masih positif," ucapnya.
(aid/rrd)