Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) mengatakan saat ini memang harga cabai rawit merah tengah meningkat. Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menuturkan hal itu diakibatkan belum meratanya produksi dan distribusi pasokan, terutama ke daerah yang defisit.
Arief meminta pemerintah antar daerah juga melakukan kerja sama untuk menyalurkan pasokan dari daerah yang surplus ke defisit atau kurang stok. Ia menjamin, pemerintah pusat akan membantu untuk melakukan distribusi tersebut.
"Pasokan cabai rawit merah memang tengah terjadi kekurangan di beberapa daerah. Misalnya di Pasar Induk Kramat Jati di bulan lalu, pasokan cabai rawit merah disana sempat turun sampai 6%. Segera kita bantu mobilisasi pangan melalui skema FDP (Fasilitasi Distribusi Pangan) berupa pasokan 5 ton. Ini tentunya setelah NFA berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan para Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani)," terang dia dalam keterangannya, Selasa (19/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief mengatakan tidak semua daerah mengalami lonjakan harga cabai rawit merah yang signifikan. Jadi, pada daerah yang surplus tentunya harga akan lebih terjangkau.
"Di Nagekeo NTT (Nusa Tenggara Timur), beberapa waktu lalu, Bapak Presiden Joko Widodo melihat harga cabai rawit ada yang masih Rp 50.000 per kg. Nah harga yang lebih baik seperti ini, bisa terjadi karena bersumber dari produksi lokal setempat. Untuk itu, kita terus dorong pemerintah daerah menaruh perhatian pada komoditas pangan yang ada di wilayahnya," terang dia. .
Arief turut menekankan apabila pemerintah daerah menemukan indikator adanya eskalasi harga pangan yang tidak normal, tentunya pemerintah pusat senantiasa sigap bahu membahu mengatasinya.
Dia juga mendorong agar masyarakat bisa menanam cabai sendiri di pekarangan rumah. Karena menurutnya, cabai adalah komoditas pangan yang mudah ditanam sendiri.
"Terkait cabai rawit merah, artinya produksinya perlu didekatkan ke daerah-daerah yang defisit pasokan namun cukup tinggi konsumen. Kita semua harus dorong produksi, bisa berupa menggalakkan urban farming. Ini akan sangat membantu. Masyarakat bisa tanam di pekarangan atau kebun menggunakan polybag," ujar Arief.
Arief juga menanggapi isu harga cabai rawit merah di suatu daerah yang dikatakan melambung sangat tinggi hingga Rp 450.000 per kg. Dia mendorong dilakukannya cross check untuk memastikan kebenaran isu tersebut, sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang akurat.
"Kita punya panel harga pangan yang menjadi referensi bagi perkembangan harga secara nasional yang dihimpun dari enumerator harga yang memantau perkembangan harga pangan secara harian di seluruh provinsi dan kabupaten kota," tegas Arief.
Menilik pada Panel Harga Pangan Nasional harga rata-rata semua provinsi untuk cabai rawit merah di 1 Desember tercatat berada di angka Rp 84.460 per kg. Ini mulai mengalami perubahan menjadi Rp 83.870 per kg pada 18 Desember. Provinsi yang mengalami harga tertinggi ada di Kalimantan Utara dan harga terendah berada di provinsi Sumatera Barat.
"Ke depannya, NFA akan terus bersinergi dengan stakeholder pangan terkait dalam membantu mobilisasi pangan antardaerah melalui FDP. Ini agar dapat menjembatani daerah dengan stok berlebih terhadap daerah yang stoknya defisit dan ada lonjakan harga. Dengan konsisten pelaksanaan mobilisasi pangan seperti ini, akan dapat memperkuat stok, sehingga terwujud pemerataan pasokan ke daerah," pungkas Arief.
Simak Video: Harga Cabai Naik, Gibran: Mudah-mudahan Awal Tahun Stabil