Pengusaha mebel yang tergabung dalam Sedulur Kayu dan Mebel (Sekabel) hari ini melakukan pertemuan langsung dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta Pusat. Mereka mengeluhkan lesunya industri kayu dan mebel selama 9 tahun Jokowi menjabat.
Menurutnya, selama 9 tahun ke belakang industri kayu mengalami kelesuan. Tidak ada kenaikan signifikan dari jangkauan pasar maupun pendapatan di masing-masing perusahaan.
"Dalam kurun waktu 9 tahun pemerintahan beliau industri kayu kita ternyata tidak bisa memberikan satu hasil yang signifikan baik itu kenaikan dalam market maupun dalam hal pendapatan di masing-masing perusahaan," sebut Ketua Umum Sekabel Jokowi, Setyo Wisnu Broto usai pertemuan yang dilakukan Jumat (29/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wisnu memaparkan selama ini ekspor olahan kayu dan mebel dari Indonesia jumlahnya kalah jauh dengan Vietnam. Perbandingan kuantitas ekspor dari Vietnam menurutnya sangat jauh.
"Kita ketinggalan jauh dari Vietnam. Vietnam total ekspor sudah mencapai US$ 15,7 miliar, kita hanya US$ 2 miliar," beber Wisnu.
Dia memaparkan keluhan utama pengusaha untuk ekspor adalah regulasi yang rumit. Khususnya regulasi di pasar internasional. Lebih dalam dia menyebutkan akses pasar ke Eropa saat ini makin sulit. Apalagi ada gonjang-ganjing geopolitik global saat perang terjadi di mana-mana.
"Kami menyampaikan pertama regulasi yang dulu sempat membaik tapi akhir akhir ini mungkin karena carut marut di Ukraine war dan Palestine war ini agak rumit, kami masuk Eropa makin sulit," papar Wisnu.
Masalahnya juga saat ini Uni Eropa sudah punya UU Deforestasi (EU Deforestation Regulation/EUDR) yang membuat akses pasar produk olahan dari bahan yang mendegradasi hutan sulit untuk diterima.
"Untuk ke Eropa ada namanya EUDR di sini dikaitkan antara produk masuk European market itu harus melalui sistem lacak balak yang rumit, nah ini jadi bahasan tadi supaya pemerintah bisa nerobos masuk ke sana lebih mudah," sebut Wisnu.
Dari sisi dalam negeri, Wisnu memaparkan masalah yang muncul adalah ketertinggalan teknologi pengolahan kayu yang membuat produk kayu Indonesia tidak kompetitif dengan negara lain.
"Di dalam persalinan global, permasalahan (dalam negeri) itu adalah teknologi. Di Indonesia kayu dibikin dengan teknologi yang sangat rendah, sangat lemah," tutur Wisnu.
(hal/das)