Impulsive buying atau pembelian impulsif merupakan salah satu bentuk dari perilaku konsumtif yang sering dialami oleh semua kalangan, khususnya generasi Z.
Impulsive buying sebagai salah satu bentuk dari perilaku konsumtif telah dinormalisasi oleh banyak orang, termasuk gen Z. 8 dari 9 sampel gen Z menyatakan bahwa mereka pernah bahkan sering melakukan impulsive buying ketika stres atau ketika kesehatan mentalnya terganggu.
Setelah melakukan perilaku konsumtif, sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa mereka menyesal karena telah melakukan tindakan tersebut. Fenomena impulsive buying perlu diperhatikan lebih lanjut, karena nyatanya perilaku ini tidak seharusnya menjadi hal yang lumrah bagi banyak orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut perencana keuangan Andy Nugroho, fenomena impulsive buying terjadi di berbagai kalangan, tak hanya gen Z saja. Namun, saat ini lebih tampak situasi di mana gen Z lebih cenderung sering melakukan impulsive buying.
Andy menyatakan impulsive buying dapat diatasi dengan mengatur perasaan kita. Ia juga menambahkan bahwa mereka tidak boleh membiarkan perasaan buruk mereka mengalahkan pikiran warasnya.
"Kita kembali lagi mengatur mood kita juga. Artinya jangan sampai bad mood kita ini mengalahkan pikiran waras kita, pikiran positif kita," kata Andy saat dihubungi detikcom, Rabu (20/12/2023).
Selain itu, gen Z tidak dianjurkan untuk melakukan healing atau proses penyembuhan yang mengeluarkan biaya yang besar, seperti jalan-jalan ke luar kota atau belanja. Gen Z perlu mencari alternatif proses penyembuhan diri yang lebih terjangkau.
"Jangan kemudian tiap kali pusing terus kemudian healingnya belanja atau impulsive buying, karena kita bakal makin pusing lagi dengan konsekuensi pasca kita impulsive buying," tambah Andy.
Menurut Andy, jika gen Z melakukan impulsive buying, maka mereka harus siap menghadapi konsekuensi pasca impulsive buying, seperti stres karena uang habis untuk dibelanjakan.
Andy juga menekankan pentingnya peran teman dalam mengatasi kecenderungan impulsive buying ini. Dalam sebuah pertemanan, mereka harus saling mengingatkan untuk tidak melakukan impulsive buying ketika kesehatan mentalnya terganggu.
Meskipun demikian, pertahanan pertama agar gen Z tidak melakukan impulsive buying adalah diri sendiri. Mereka perlu lebih mengendalikan diri agar tidak tergoda melakukan impulsive buying ketika stres atau ketika kesehatan mentalnya terganggu.
(fdl/fdl)