"Saya dengan beliau ada persahabatan yang sangat lama. Saya pikir banyak yang nggak tahu bahwa saya sesungguhnya dengan beliau setiap sat berkomunikasi, berdiskusi, berbincang-bincang, bahkan bicara hal-hal yang kritis dan seterusnya," kata Moeldoko di rumah duka di Jakarta Selatan, Rabu (3/1/2024).
Moeldoko mengaku banyak belajar dari sosok Rizal Ramli. Kepergiannya disebut membuatnya kehilangan teman diskusi yang kritis.
"Dengan kepergian beliau saya ingin menyampaikan ucapan belasungkawa yang sangat mendalam dan saya berdoa mudah-mudahan almarhum masuk surga. Secara pribadi saya kehilangan teman diskusi dan kehilangan teman yang kritis," ucapnya.
Sosok Rizal Ramli yang sering mengkritik pemerintah dinilai sangat diperlukan sebagai penyeimbang untuk mengelola negara besar seperti Indonesia. Kekritisan itu dinilai harus tetap tumbuh dalam rangka membangun yang lebih baik.
"Kekritisan itu bagi saya yang ada di pemerintahan, saya gunakan sebagai obat, penyehat dan seterusnya karena menurut saya sebuah pemerintahan yang begitu besar di Indonesia ini memang harus ada balancing," tutur Moeldoko.
Moeldoko menekankan bahwa pemerintah tidak anti terhadap kritik. Berbagai kritikan yang datang disebut dihormati sepanjang punya niat baik untuk membangun pemerintahan yang lebih baik.
"Pemerintah tidak alergi dengan kekritisan, tetapi pemerintah sungguh menghormati kekritisan-kekritisan itu bertumbuh agar pemerintah semakin kuat, bukan upaya untuk merongrong, merusak struktur pemerintahan, tapi dalam rangka justru memperkuat sepanjang punya niat baik untuk membangun sama-sama," tegasnya.
Kini Rizal Ramli telah tutup usia di usianya ke-69 tahun. Ia mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada Selasa (2/1), setelah dirawat selama hampir dua bulan karena sakit kanker pankreas.
(aid/rrd)