RI Bidik Ekspor Non-Migas ke China Tembus Rp 108 T di 2024

RI Bidik Ekspor Non-Migas ke China Tembus Rp 108 T di 2024

Samuel Gading - detikFinance
Kamis, 04 Jan 2024 18:38 WIB
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Terminal 3 Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2/2020). Selama Januari 2020, ekspor nonmigas ke China mengalami penurunan USD 211,9 juta atau turun 9,15 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Sementara secara tahunan masih menunjukkan pertumbuhan 21,77 persen (yoy).
Ilustrasi ekspor/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan ekspor Indonesia ke China naik di 2024. Apalagi total nilai ekspor tahun lalu mencapai US$ 56,57 miliar atau Rp 87 triliun (kurs Rp 15.490). Negeri Tirai Bambu itu sampai saat ini adalah negara tujuan ekspor non-migas terbesar Indonesia.

"Tentu targetnya akan naik 2024. Pada 2023 diperkirakan setelah data Desember keluar, paling tidak sampai 60 miliar dolar AS (Rp 92 miliar). Tahun depan (2024) kalau kita rata-ratakan naik 2,5% insyAllah bisa US$ 65-70 miliar (Rp 100 triliun - Rp 108 triliun)," ucap Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi, di Kantor Kementerian Perdagangan, Kamis (4/1/2024).

Didi menjelaskan pemerintah menarget jumlah ekspor non-migas ke China tahun ini meningkat sebab, tingkat perdagangan ekspor non-migas Indonesia ke negara tersebut menurun pada 2023. Berdasarkan data Kemendag, penurunan mencapai angka 1,92% dibanding tahun sebelumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Didi pun mengatakan ada sejumlah alasan jumlah ekspor non-migas Indonesia ke China turun. Pertama, pertumbuhan ekonomi 2023 secara global memang menurun, The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memperkirakan penurunan mencapai angka 2,9%. OECD bahkan memprediksi pertumbuhan ekonomi turun 2,7% pada 2024.

Kedua, harga komoditas global juga menurun. Kendati demikian, ia menjelaskan Indonesia sebenarnya masih mempunyai peluang baik karena volume ekspor yang menunjukkan tren kenaikan.

ADVERTISEMENT

"Yang unik volume ekspor kita justru naik. Januari-Oktober volumenya naik 7,2%. Jadi sebetulnya kita punya optimisme bahwa ekspor kita masih kuat, daya saing ekspor kita masih bagus di dunia dan diharapkan dengan ekspektasi yang disampaikan WTO bahwa tahun 2024 akan lebih baik ini memberikan optimistis bahwa kita akan recover dibandingkan 2023," jelasnya.

Selain itu, Didi juga optimis perlambatan ekonomi China tidak akan berdampak signifikan terhadap Indonesia. Ia mengatakan hal itu memang akan berpengaruh terhadap permintaan alias kebijakan impor China, tapi melihat prediksi World Trade Organization (WTO) volume perdagangan justru diyakini meningkat.

Lagipula pada 2024, Indonesia sudah menambah sejumlah program kerja sama ekonomi dengan China. Di antaranya adalah Two Country Twin Park (TCTP), yakni kerja sama antara sejumlah provinsi di China dengan provinsi di Indonesia. Lewat kegiatan tersebut, beragam expo atau pameran digelar untuk mengenalkan produk-produk Indonesia.

"Dengan kemungkinan naik tadi yang diperkirakan WTO, maka kita yakin (ekspor Indonesia) ke China akan recover," pungkasnya.

(rrd/rir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads